Suara.com - Banjir yang menerjang Jabodetabek membuat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) akan melakukan operasi modifikasi cuaca (OMC).
Modifikasi cuaca ini diharapkan bisa mengatasi cuaca ekstrem yang diprediksi akan melanda Jabodetabek sepanjang Maret 2025.
Bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Kepala BNPB mengungkapkan rencananya melakukan modifikasi cuaca.
Lantas apa itu modifikasi cuaca dan metodenya?
Baca Juga: Detik-detik Pria Terseret Arus Banjir di Bekasi saat Bersihkan Sampah, Saksi Mata: Arusnya Deras!
Apa Itu Modifikasi Cuaca
Modifikasi cuaca adalah teknik yang digunakan untuk mengubah atau mempengaruhi kondisi atmosfer guna menghasilkan cuaca tertentu. Tujuan utama modifikasi cuaca biasanya untuk meningkatkan curah hujan, mengurangi dampak kekeringan, mengendalikan badai, atau mengurangi polusi udara.
Metode Modifikasi Cuaca yang Umum
1. Teknologi Hujan Buatan (Cloud Seeding)
- Metode ini dilakukan dengan menyemai awan menggunakan bahan kimia seperti perak iodida, garam, atau dry ice (es kering).
- Partikel ini membantu membentuk inti kondensasi sehingga meningkatkan peluang terjadinya hujan.
- Banyak digunakan untuk mengatasi kekeringan atau mengurangi polusi udara.
2. Pengurangan Hujan atau Kabut
Baca Juga: Banjir Parah Rendam Bekasi, 7 Kecamatan Terdampak!
- Dapat dilakukan dengan menggunakan zat higroskopis seperti garam untuk menyerap kelembaban di udara.
- Berguna dalam dunia penerbangan untuk meningkatkan visibilitas di bandara.
3. Pengendalian Badai dan Topan
- Beberapa eksperimen dilakukan untuk melemahkan badai dengan menyebarkan bahan tertentu ke dalam awan badai agar mengurangi intensitasnya.
- Namun, metode ini masih dalam tahap pengembangan dan belum sepenuhnya efektif.
4. Pencegahan Hujan Es (Anti-Hail Technology)
- Digunakan di beberapa negara untuk melindungi pertanian dari hujan es yang bisa merusak tanaman.
- Biasanya menggunakan teknologi roket atau pesawat untuk menyemai bahan kimia tertentu ke dalam awan.
Dampak Modifikasi Cuaca
- Membantu mengatasi kekeringan, mengurangi kabut atau polusi, serta melindungi pertanian dari hujan es.
- Berpotensi mengganggu keseimbangan ekosistem, berisiko menyebabkan cuaca ekstrem di wilayah lain, serta masih ada perdebatan terkait dampak jangka panjangnya.
Modifikasi cuaca telah digunakan di berbagai negara, termasuk Indonesia, terutama dalam operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk menangani kebakaran hutan atau mencegah banjir saat musim hujan.