Bermimpi Lewat Seni Bersama Komunitas Dreamity Indonesia: Buka Akses Anak Untuk Asah Kreativitas

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Kamis, 27 Februari 2025 | 14:38 WIB
Bermimpi Lewat Seni Bersama Komunitas Dreamity Indonesia: Buka Akses Anak Untuk Asah Kreativitas
Komunitas Dreamity. (Dok. Istimewa)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Seni adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan. Melalui seni, manusia mengekspresikan diri dan menuangkan kreativitas.

Namun, tidak semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk berkarya. Keterbatasan akses membuat seni seringkali cuma menjadi hak istimewa bagi segelintir orang.

Menyadari hal ini, komunitas Dreamity Indonesia hadir untuk membuka peluang bagi mereka yang ingin berkarya, tetapi terhalang berbagai kendala.

Pendiri Dreamity Indonesia, Salma Noorfitria Ningrum, tumbuh besar dengan seni. Sejak kecil, dunia kreatif menjadi bagian dari hidupnya.

Komunitas Dreamity. (Dok. Istimewa)
Komunitas Dreamity. (Dok. Istimewa)

Namun, semakin dewasa, ia melihat ketimpangan. Akses terhadap seni tidak merata. Privilese menentukan siapa yang bisa berkarya dan siapa yang hanya bisa bermimpi. Dari kegelisahan itulah, Dreamity Indonesia lahir.

“Banyak anak-anak yang memang mereka itu enggak punya resource ataupun support yang cukup untuk bisa mengakses seni,” ujar Salma.

Dreamity Indonesia lahir untuk mengurangi ketimpangan akses seni. Mereka membuka ruang bagi anak-anak untuk belajar dan berkarya, menjadikan seni sebagai jembatan antara mimpi dan realitas.

“Makanya kita namain Dreamity Indonesia,” ujar Salma Noorfitria, sang pendiri.

“Karena kita ingin lebih banyak pemimpi yang lahir dan berkembang lewat seni. Ketika anak-anak mendapatkan paparan seni yang baik, mereka bisa bermimpi. Dan kelak, mereka bisa mewujudkan impian itu dalam berbagai bentuk di hidupnya.”

Baca Juga: Beyond Illumination, Peran Pencahayaan dalam Menampilkan Karya Seni dengan Optimal

Namun, perjalanan mereka tidak selalu mudah. Ada stigma yang masih melekat—seni dianggap tidak penting, tidak berguna, bahkan tidak menghasilkan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI