Suara.com - Sejumlah 7 nama kini telah ditetapkan sebagai aktor alias tersangka dalam kasus korupsi 'BBM Oplosan' alias dugaan korupsi tata kelola minyak mentah dan produk kilang periode 2018-2023.
Direktur Penyidikan Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) Abdul Qohar dalam keterangan yang dikutip Rabu (26/2/2025) memaparkan bahwa ketujuh sosok tersebut ditetapkan sebagai tersangka melalui penyelidikan saksi, ahli, hingga bukti dokumen yang telah dihimpun oleh Kejaksaan Agung (Kejagung).
Adapun masing-masing dari 7 tersangka tersebut punya peranan penting hingga melakukan praktik korupsi yang merugikan negara dengan jumlah fantastis.
Lantas, apa peranan masing-masing aktor kasus korupsi yang kini dikenal masyarakat sebagai kasus 'Korupsi BBM Oplosan' itu? Berapa jumlah yang ditimbulkan?
Baca Juga: Rumah Sudah Digeledah, Hari Ini KPK Panggil Ahmad Ali Terkait Kasus Gratifikasi Eks Bupati Kukar
Riva Siahaan - Dirut Pertamina Patra Niaga

Riva Siahaan digadang-gadang sebagai aktor utama dalam kasus dugaan korupsi tata kelola minyak mentah dan produk kilang di PT Pertamina (Persero), subholding, dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) periode 2018-2023.
Ia yang menjabat sebagai Direktur Utama Pertamina Patra Niaga dan diduga menggunakan jabatannya untuk memenangkan broker minyak mentah dan produk kilang yang akhirnya menjadi salah satu pihak utama dalam kasus korupsi ini.
Selain itu, Riva juga mengambil peran penting sebagai pihak yang membeli BBM RON 90 yang dilaporkan sebagai BBM RON 92.
SDS - Direktur Feedstock dan Product Optimization PT Kilang Pertamina Internasional
Riva dalam aksinya turut dibantu oleh Direktur Feedstock dan Product Optimization PT Kilang Pertamina Internasional berinisial SDS.
Baca Juga: Negara Boncos, Darius Sinathrya Misuh-Misuh Sampai Lempar Jari Tengah
SDS yang punya jabatan dan koneksi penting juga turut bahu-bahu bersama Riva untuk memenangkan broker melalui praktik yang diduga ilegal.
AP - VP Feedstock Management PT Kilang Pertamina Internasional
SDS juga turut menggandeng AP yang memegang jabatan penting di PT Kilang Pertamina Internasional.
Selain membantu memenangkan broker, AP turut ambil andil dalam rapat optimalisasi hilir yang ditujukan untuk menurunkan produksi kilang.
YF - Pejabat PT Pertamina International Shipping
Ada pula sosok berinisial YF yang duduk di bangku jabatan startegis di PT Pertamina International Shipping.
Ia mengambil tugas yang tak kalah penting yakni mark up alias melakukan perubahan harga kontrak pengiriman, sehingga negara akhirnya harus merugi karena membayar fee yang tak sesuai dengan realita.
Muhammad Kerry Adrianto Riza - beneficial owner PT Navigator Khatulistiwa
![Muhammad Kerry Adrianto Riza (tengah) [IST]](https://media.arkadia.me/v2/articles/souparmand/xnS25YkGy1NkArNIaivpY3JE7lwNsXmz.png)
Tak hanya pihak internal Pertamina, kasus korupsi ini juga turut melibatkan beberapa pihak swasta.
Adapun nama pihak swasta yang ikut muncul adalah Muhammad Kerry Adrianto Riza, anak dari sosok 'bos besar' minyak Riza Chalid.
Kerry adalah beneficial owner PT Navigator Khatulistiwa, sebuah perusahaan yang memegang kepemilikan beberapa kapal tanker pengangkut minyak PT Pertamina.
DW - Komisaris PT Navigator Khatulistiwa sekaligus Komisaris PT Jenggala Maritim
Selain beneficial owner, komisaris PT Navigator Khatulistiwa berinisial DW turut terlibat.
DW adalah pihak perantara yang berkomunikasi dengan AP selaku perwakilan dari internal oknum Pertamina.
GRJ - Komisaris PT Jenggala Maritim serta Direktur Utama PT Orbit Terminal Merak
Tugas DW dipermudah dengan kehadiran GRJ selaku Komisaris PT Jenggala Maritim serta Direktur Utama PT Orbit Terminal Merak yang membantu perihal komunikasi.
DW dan GRJ diberikan bagian tugas untuk menghubungi AP demi negosiasi harga.
Rugikan negara ratusan triliun
Berkat Riva, Kerry, dan kelima tersangka lainnya, negara harus menanggung kerugian yang jumlahnya membuat publik mengelus dada.
Ketujuh tersangka tersebut berhasil membuat negara merugi hingga Rp193,7 triliun.
Kerugian tersebut dihitung dari kerugian ekspor minyak mentah dalam negeri hingga kerugian akibat broker dalam impor minyak mentah dan BBM. Tak berhenti di situ, negara juga merugi karena pemberian kompensasi serta subsidi.
Kontributor : Armand Ilham