Sampah Organik Masih Mendominasi, Seberapa Efektif Budidaya Maggot Bisa Jadi Solusi?

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Senin, 24 Februari 2025 | 16:09 WIB
Sampah Organik Masih Mendominasi, Seberapa Efektif Budidaya Maggot Bisa Jadi Solusi?
Foto larva lalat atau maggot (Pexels/Cottonbro studio)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sampah organik masih menjadi satu permasalahan di Indonesia. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat bahwa pada 2024, sampah rumah tangga menjadi penyumbang terbesar sampah nasional, mencapai 54,58 persen dari total produksi.

Dari jumlah tersebut, 39,94 persen merupakan sampah organik yang sebagian besar berasal dari sisa makanan. Kondisi ini yang membuat Garudafood menginisiasi program biokonversi maggot di Depok sebagai solusi pengelolaan sampah organik yang berkelanjutan.

Program ini bertujuan mengurangi timbunan sampah rumah tangga sekaligus menciptakan sumber pendapatan bagi masyarakat melalui ekonomi sirkular.

"Tahun lalu, kami berhasil mengolah 35 ton sampah organik menjadi 3 ton maggot," ujar Dian Astriana, Head of Corporate Communication & External Relations Garudafood.

Baca Juga: GMP Ajak Pemuda Bandung Kelola Sampah dengan Maggot

Budidaya Maggot. (Dok. Istimewa)
Budidaya Maggot. (Dok. Istimewa)

Ia menjelaskan bahwa maggot dari larva Black Soldier Fly (BSF) memiliki banyak manfaat, termasuk mengurai sampah organik menjadi kompos serta bernilai ekonomis tinggi sebagai pakan ternak dan ikan.

Program ini resmi diluncurkan pada Hari Peduli Sampah Nasional 2025, melibatkan 30 peserta dari enam kelurahan di Depok, dan diresmikan oleh Lurah Jatijajar, Mujahidin. Ia menyambut baik inisiatif ini karena sejalan dengan Program Kampung Iklim (Proklim) yang bertujuan mengurangi emisi gas rumah kaca dan mendorong ketahanan lingkungan.

Hingga kini, mereka telah memberikan dukungan berupa bibit maggot, media budi daya, serta pendampingan teknis intensif. Selain sebagai pakan ternak dan ikan, maggot juga dapat diolah menjadi pupuk kasgot untuk pertanian, lilin aromaterapi berbahan minyak maggot, serta maggot kering untuk pakan ikan hias.

Budi daya maggot terbukti mampu menghemat biaya pakan ternak hingga 50 persen, meningkatkan warna ikan hias, mempercepat pertumbuhan ikan lele, serta memperbaiki kualitas tanah pertanian. Selain itu, program ini membantu mengurangi jumlah sampah yang berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA), sekaligus mendorong praktik ramah lingkungan berbasis masyarakat.

Dengan berbagai manfaatnya, biokonversi maggot menjadi solusi inovatif dalam pengelolaan sampah organik serta upaya nyata dalam membangun ekonomi sirkular yang berkelanjutan.

Baca Juga: 3 Jenis Sampah yang Lebih Berbahaya dari Sampah Plastik, Kamu Harus Tahu!

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI