Suara.com - Kebotakan dan penipisan rambut merupakan permasalahan umum yang dihadapi banyak orang, baik pria maupun wanita. Kondisi ini sering kali membuat seseorang merasa kurang percaya diri dan ingin mencari solusi yang efektif.
Selama ini, banyak public figure Tanah Air yang memilih melakukan transplantasi rambut di luar negeri, khususnya di Turki. Namun, kini masyarakat Indonesia tidak perlu jauh-jauh ke luar negeri karena transplantasi rambut tanpa cukur pertama sudah bisa dilakukan di Indonesia.
Inovasi Transplantasi Rambut Tanpa Cukur
Biasanya, prosedur hair transplant mengharuskan pasien untuk mencukur habis rambut mereka, terutama di area donor. Namun, Klinik Permata Wong menawarkan metode inovatif yang memungkinkan transplantasi dilakukan tanpa mencukur rambut sama sekali.
Baca Juga: 8 Ide Gaya Rambut Pendek Pria Indonesia, dari Artis Sampai Pesepakbola Bisa Dicontek
Dr. Ivan Wong, Sp.DVE, seorang Spesialis Dermatovenereologi & Estetika sekaligus Scalp & Hair Expert di Klinik Permata Wong, menjelaskan bahwa kebotakan umumnya dipengaruhi oleh faktor genetik. Namun, faktor lingkungan, stres, dan kesehatan kulit kepala juga berperan dalam mempercepat kerontokan rambut.

Bagaimana metode transplantasi rambut bekerja?
Transplantasi rambut adalah prosedur medis yang melibatkan pemindahan folikel rambut dari area donor (biasanya bagian belakang kepala) ke area yang mengalami kebotakan, seperti bagian depan, ubun-ubun, atau bahkan area lain seperti alis, jenggot, dan kumis.
"Pada saat proses pemindahannya ini, di hampir semua tempat di seluruh dunia akan dilakukan pencukuran, minimal di area donor, sehingga tentunya akan mempengaruhi penampilan. Dengan teknik tanpa cukur ini, tidak diperlukan pencukuran sama sekali pada area donor, sehingga setelah tindakan pasien dapat beraktivitas normal dengan lebih seamless," ujar Dr. Ivan Wong.
Kapan Waktu yang Tepat untuk Transplantasi Rambut?
Baca Juga: Erdogan Tegaskan Kemerdekaan Palestina Kunci Stabilitas Timur Tengah
Menurut Dr. Ivan Wong, transplantasi rambut bisa menjadi solusi bagi mereka yang mengalami:
- Penipisan rambut di area hairline atau ubun-ubun
- Dahi lebar dan ingin memperbaiki garis rambut agar terlihat lebih muda
- Kebotakan akibat luka
- Keinginan untuk menebalkan alis, janggut, atau kumis
"Mayoritas pasien yang datang ke kami mengalami penipisan rambut atau kebotakan di bagian depan maupun tengah. Kami juga telah menangani beberapa kasus penanaman alis dan janggut dengan tingkat keberhasilan hingga 90-95%," tambahnya.
Testimoni Pasien: Irfan Ratinggang
Salah satu public figure yang telah mencoba prosedur Transplantasi Rambut Tanpa Cukur adalah Irfan Ratinggang, suami dari Tya Ariestya. Ia mengaku memilih metode ini karena tidak meninggalkan bekas yang mencolok sehingga ia tetap bisa beraktivitas seperti biasa setelah perawatan.
"Sekarang, saya merasa jauh lebih percaya diri karena rambut kecil mulai tumbuh menutupi area yang sebelumnya tipis, terutama di bagian depan yang kini tampak lebih maju dan natural. Saya sangat puas dengan hasilnya dan pasti akan merekomendasikan treatment ini kepada teman-teman yang memiliki masalah serupa," sambung Irfan.
Keunggulan Transplantasi Rambut Tanpa Cukur
Metode ini memiliki beberapa keunggulan utama dibandingkan teknik transplantasi rambut konvensional, antara lain:
- Tanpa perlu mencukur rambut, berbeda dari metode transplantasi lainnya yang mengharuskan cukur botak di area donor.
- Pasien dapat langsung beraktivitas keesokan harinya tanpa terlihat habis menjalani transplantasi rambut.
- Hasil lebih natural dan tidak tampak seperti memakai wig.
Dr. Ivan Wong menekankan bahwa teknik transplantasi rambut tanpa cukur memerlukan keahlian khusus dan hanya sedikit dokter yang mampu melakukannya dengan baik.
"Di Indonesia, sepengetahuan kami, Klinik Permata Wong adalah yang pertama fokus pada transplantasi rambut tanpa cukur. Selain itu, karena dilakukan di dalam negeri, pasien dapat memperoleh monitoring dan perawatan pascatindakan secara optimal. Dari segi waktu dan biaya, tentu lebih efisien dibandingkan harus bepergian ke luar negeri," pungkasnya.