Hipertensi Ancam Kesehatan Remaja, Ini Biang Keroknya!

Riki Chandra Suara.Com
Sabtu, 22 Februari 2025 | 00:15 WIB
Hipertensi Ancam Kesehatan Remaja, Ini Biang Keroknya!
Ilustrasi hipertensi. [Dok. Pixabay]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Hipertensi pada remaja kini jadi ancaman kesehatan baru akibat pola hidup yang tidak sehat. Penyakit ini tidak hanya menyerang orang dewasa dan lansia, tetapi juga ditemukan pada anak-anak, remaja, hingga ibu hamil.

Fakta itu diungkapkan oleh Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia (INASH). "Hipertensi bukan hanya permasalahan usia tua. Dalam praktik sehari-hari, kami menemukan kasus hipertensi pada anak dan remaja yang semakin meningkat," ujar Sekretaris Jenderal INASH, Ario Soeryo Kuncoro, Jumat (21/2/2025).

Ario menjelaskan, hipertensi memiliki angka insidensi, morbiditas, dan mortalitas yang semakin tinggi. Salah satu penyebab utama peningkatan kasus ini pada anak dan remaja adalah obesitas, kurangnya aktivitas fisik, serta kebiasaan berlama-lama menggunakan gawai. Selain itu, pola makan tinggi kalori dan garam juga memperbesar risiko terkena hipertensi pada remaja.

Pada kelompok usia remaja, kebiasaan merokok, konsumsi minuman berkafein dan beralkohol, stres mental, serta kurang tidur turut menjadi pemicu hipertensi. Jika kondisi ini terjadi sejak muda, maka risiko penyakit kardiovaskular di masa dewasa akan semakin besar.

"Jika seseorang sudah mengalami hipertensi di usia muda, maka mereka akan bergantung pada obat-obatan seumur hidup. Hal ini tentu berdampak pada kualitas hidup mereka di masa depan," tuturnya.

Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, prevalensi hipertensi pada kelompok usia 18-24 tahun mencapai 10,7 persen, sedangkan pada kelompok usia 25-34 tahun sebesar 17,4 persen.

Namun, berdasarkan diagnosis dokter, prevalensi hipertensi pada anak muda lebih rendah, yaitu 0,4 persen untuk usia 18-24 tahun dan 1,8 persen untuk usia 25-34 tahun. Hal ini menunjukkan banyak anak muda yang tidak menyadari kondisi mereka dan tidak melakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Ario menegaskan bahwa hipertensi tidak dapat disembuhkan secara total, tetapi bisa dikontrol dengan menerapkan gaya hidup sehat, mengonsumsi obat secara rutin, serta melakukan pemantauan tekanan darah secara berkala. Ia menyarankan agar pemeriksaan tekanan darah dilakukan sejak usia 3 tahun sebagai bagian dari pemeriksaan kesehatan rutin.

"Anak dengan riwayat lahir prematur atau berat badan lahir rendah sebaiknya menjalani pemeriksaan tekanan darah lebih dini untuk mendeteksi kemungkinan hipertensi pada anak sejak awal," pungkasnya. (antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI