"Menyiasati natural fabric kan memang agak pricy, sisa potongan-potongan produksi masih lumayan besar akhirnya saya dan tim buat sepatu, ada juga tas-tas yang kita olah, kita tambahin bordir sehingga bahan sisa memiliki nilai ekonomi," kata Ega.
Sementara itu, Ayu Dyah Andari memperkenalkan koleksi berbasis kain Sasirangan dari Banjarmasin yang dikombinasikan dengan sentuhan desain ala baroque.
"Saya menggunakan wastra kain Sasirangan dari Banjarmasin yang memang motifnya bunga mawar yang dipesan khusus hanya untuk Ayu Dyah Andari. Lalu saya gabungkan dengan koleksi besar yang sedang saya keluarkan yaitu Roseraie Eternelle," terang Ayu.
Dukungan Internasional dan Potensi Pasar Global

Tahun ini, MUFFEST 2025 juga menarik perhatian platform digital internasional, Modestbeauty, yang berasal dari Turki. Kehadiran mereka menegaskan bahwa industri modest fashion Indonesia semakin diakui secara global.
"Kami ingin memahami bagaimana modest fashion berkembang di Indonesia dan mencari peluang bagi brand-brand lokal untuk memasuki pasar global, terutama di Timur Tengah dan Eropa," ungkap Nikiara Purmabietova, pendiri Modestbeauty.
Lebih dari sekadar ajang mode, MUFFEST 2025 menjadi bukti nyata bahwa modest fashion Indonesia memiliki potensi besar untuk bersaing di tingkat internasional.
Dengan mengedepankan inovasi, keberlanjutan, dan kolaborasi, festival ini diharapkan mampu menjadikan Indonesia sebagai pusat modest fashion dunia di masa mendatang.
Baca Juga: Tetap Fashionable Tanpa Ribet, Cek 4 Ide Gaya Harian ala Jongho ATEEZ