Suara.com - Jakarta kembali menjadi saksi perhelatan akbar industri modest fashion melalui Muslim Fashion Festival (MUFFEST) 2025 yang berlangsung di Jakarta International Convention Center (JICC) pada 20-23 Februari 2025.
Mengusung tema "Connecting in Style," ajang ini menandai satu dekade eksistensinya dalam mengangkat potensi desainer modest fashion Indonesia ke kancah internasional.
Vice Chairman Indonesia Fashion Chamber (IFC) Lisa Fitria mengatakan, MUFFEST 2025 bukan sekadar pameran mode, tetapi juga menjadi platform bagi lebih dari 130 desainer dan jenama lokal untuk berjejaring, berkolaborasi, dan berbagi pengalaman.
Ia juga menegaskan bahwa acara ini tidak membatasi kreativitas para desainer, melainkan mendorong mereka untuk mengeksplorasi identitas dan gaya khas masing-masing.
Baca Juga: Tetap Fashionable Tanpa Ribet, Cek 4 Ide Gaya Harian ala Jongho ATEEZ
"Tahun ini, kami menampilkan desainer dengan berbagai karakteristik, mulai dari feminim dan anggun ala Ayu Dyah Andari, desain minimalis khas Glashka, hingga gaya ekspresif dari Chikigo. Semua memiliki tempat di MUFFEST," ujar Lisa dalam konferensi pers pembukaan pada Kamis (20/2/2025).
Modest Fashion Berkelanjutan dan Inovatif

Keberlanjutan menjadi fokus utama MUFFEST 2025, sejalan dengan tren global yang semakin memperhatikan dampak industri mode terhadap lingkungan.
National Chair Indonesia Fashion Chamber (IFC), Lenny Agustin, menyoroti pentingnya pendekatan sustainable fashion yang diterapkan dalam acara ini, termasuk penggunaan material ramah lingkungan dan minim dekorasi berlebihan.
"Kami mendorong desainer untuk mengadopsi konsep sustainable fashion, tidak hanya dari sisi material, tetapi juga dalam etos kerja mereka. MUFFEST+ 2025 ingin menampilkan bahwa fashion tidak hanya soal estetika, tetapi juga tanggung jawab terhadap bumi," kata Lenny.
Baca Juga: Alasan Linen Cocok sebagai Investasi Jangka Panjang: Kenyamanan Hingga Ramah Lingkungan
Salah satu contoh nyata adalah desainer Glashka Eka Augustia yang menghadirkan koleksi "Hangat Hati," sebuah eksplorasi busana dengan bordir bunga khas dan bahan sisa produksi yang diolah menjadi aksesori bernilai ekonomi.
"Menyiasati natural fabric kan memang agak pricy, sisa potongan-potongan produksi masih lumayan besar akhirnya saya dan tim buat sepatu, ada juga tas-tas yang kita olah, kita tambahin bordir sehingga bahan sisa memiliki nilai ekonomi," kata Ega.
Sementara itu, Ayu Dyah Andari memperkenalkan koleksi berbasis kain Sasirangan dari Banjarmasin yang dikombinasikan dengan sentuhan desain ala baroque.
"Saya menggunakan wastra kain Sasirangan dari Banjarmasin yang memang motifnya bunga mawar yang dipesan khusus hanya untuk Ayu Dyah Andari. Lalu saya gabungkan dengan koleksi besar yang sedang saya keluarkan yaitu Roseraie Eternelle," terang Ayu.
Dukungan Internasional dan Potensi Pasar Global

Tahun ini, MUFFEST 2025 juga menarik perhatian platform digital internasional, Modestbeauty, yang berasal dari Turki. Kehadiran mereka menegaskan bahwa industri modest fashion Indonesia semakin diakui secara global.
"Kami ingin memahami bagaimana modest fashion berkembang di Indonesia dan mencari peluang bagi brand-brand lokal untuk memasuki pasar global, terutama di Timur Tengah dan Eropa," ungkap Nikiara Purmabietova, pendiri Modestbeauty.
Lebih dari sekadar ajang mode, MUFFEST 2025 menjadi bukti nyata bahwa modest fashion Indonesia memiliki potensi besar untuk bersaing di tingkat internasional.
Dengan mengedepankan inovasi, keberlanjutan, dan kolaborasi, festival ini diharapkan mampu menjadikan Indonesia sebagai pusat modest fashion dunia di masa mendatang.