Suara.com - Ratna Sari Dewi atau Dewi Soekarno, istri keenam Presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno, membuat keputusan besar dengan melepaskan statusnya sebagai Warga Negara Indonesia (WNI).
Dewi Soekarno resmi menjadi WNI pada tahun 1962 setelah menikah dengan Presiden Soekarno. Lalu, pada 12 Februari 2025, Dewi Soekarno menggelar konferensi pers dan mengumumkan pembentukan partai politik baru bernama "12 Heiwa To" atau Partai Perdamaian 12.
![Presiden Soekarno dan Dewi Soekarno. [Dok.Istimewa]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/01/20/55690-dewi-soekarno.jpg)
Nama ini memiliki filosofi mendalam, di mana "Heiwa" berarti perdamaian, sedangkan angka "12" diucapkan sebagai "wan-nyan", yang meniru suara anjing dan kucing dalam bahasa Jepang.
Partai politik yang didirikannya memiliki visi unik, yaitu melindungi hewan, terutama anjing dan kucing. Salah satu misinya adalah melarang konsumsi daging anjing dan kucing di Jepang.
Lantas, siapa Dewi Soekarno?
Dewi Soekarno lahir dengan nama Naoko Nemoto. Dia lahir pada 6 Februari 1940 di Tokyo, Jepang. Ia berasal dari keluarga sederhana dan semasa muda bekerja sebagai pramuniaga di sebuah perusahaan asuransi jiwa di Chiyoda, hingga lulus dari sekolah menengah pada tahun 1955.
Pendidikan dasarnya ditempuh di Togai School Tokyo pada 1946, kemudian melanjutkan ke Koryo School dan Mita School dari 1952 hingga 1955.
Sejak remaja, ia menunjukkan ketertarikan dalam seni dan sastra, yang membawanya masuk ke dunia hiburan. Karier aktingnya dimulai dengan peran dalam produksi Sishere Hayakawa Art Production.
Setelah sering tampil di berbagai pentas teater bergengsi di Tokyo, Dewi Soekarno menyadari pentingnya menguasai Bahasa Inggris untuk menunjang kariernya. Keputusan ini mengantarkannya bertemu dengan Presiden Soekarno, yang kemudian menjadi suaminya. Pada 3 Maret 1962, ia resmi menikah dengan Soekarno dan mendapatkan nama Ratna Sari Dewi.
Dari pernikahan tersebut, Dewi dan Soekarno dikaruniai seorang putri bernama Kartika Sari Dewi. Kehidupan mereka dalam sorotan publik menjadi bagian dari sejarah besar Indonesia, di mana Dewi kerap mendampingi Soekarno dalam berbagai agenda kenegaraan.
Setelah 63 tahun menjadi Warga Negara Indonesia (WNI), Dewi akhirnya memilih untuk melepas statusnya dan kembali menjadi warga negara Jepang. Langkah ini ia ambil demi mendirikan partai politik yang memiliki misi khusus dalam perlindungan hak hewan di Jepang.