Fakta menarik juga diungkap Head of Nature, Climate and Energy Unit UNDP Indonesia, Aretha Aprilia bahwa acara pameran ide inovasi seperti ASEAN Blue Economy Innovation ini bisa membuat pengunjung 'belanja' ide baru seputar pelestarian lingkungan yang bisa disesuaikan kebutuhan.
"Apalagi kondisi ekonomi dunia atau di Indonesia unstable (tidak stabil) tinggi, dengan adanya media bisnis expo ini yang akan diselenggarakan oleh UNDP, harapannya bisa jadi jembatan untuk shopping ide baru," papar Aretha.
National Project Manager ASEAN Blue Economy Innovation, Jatu Arum Sari ikut menceritakan kisah menarik seorang pemuda yang merasa prihatin melihat jaring bekas menangkap ikan yang dibuat nelayan tergeletak di pantai dan mencemari laut, yang jumlahnya sangat banyak.
Temuan inilah yang meresahkan pemikirannya, hingga akhirnya menemukan inovasi limbah jaring itu dibuat sebagai pelapis dinding yang indah. Produk ini diminati warga asing, termasuk banyak digunakan di Jepang untuk hiasan dinding.
"Ide ini dimulai karena dia ingin memanfaatkan jaring ikan, gimana kumpulkan dan ajak nelayan mau kumpulkan itu, karena kan ketika mereka berlayar menemukan cuek aja. Gimana ajak nelayan mau kumpulkan, itu ide sehari-hari maka itu bisa jadi bisnia," papar Aretha.
Dari kisah ini, menurut Aretha banyak orang perlu belajar bahwa masalah lingkungan harus dimulai dari tempat tinggal sekitar, yang akhirnya menggelitik dan berusaha temukan solusi hingga menghadirkan pundi rupiah untuk diri sendiri dan masyarakat sekitar.
Berbagai ide bisnis di bidang lingkungan ini akan banyak ditemukan dalam perhelatan sehari penuh dengan mendatangkan narasumber, hingga sosok ternama dunia yang berkontribusi di bidang lingkungan khususnya kelautan.
Peserta yang menyajikan ide bisnis juga sangat beragam, tidak hanya di Indonesia, tapi juga para pemuda dari berbagai negara ASEAN, seperti Singapura, Kamboja, Malaysia, Brunei Darussalam dan sebagainya.
Baca Juga: Lebih Ramah Lingkungan, Mobil Hidrogen di Indonesia Terkendala Regulasi