Suara.com - Dua pengacara kontroversial, Firdaus Oiwobo dan Razman Arif menjadi buah bibir publik belakangan ini karena sikapnya yang dianggap arogan dan temperamental.
Dimulai dari Firdaus Oiwobo yang viral belakangan ini karena aksinya naik meja persidangan sembari marah-marah. Ketika dikonfirmasi, Firdaus Oiwobo justru mengelak dan menyebutkan jika dirinya tak sadar bagaimana ia sampai berdiri di atas meja sidang.
Kemudian, Razman Arief yang baru saja melakukan konferensi pers terlihat cukup emosional, bahkan sampai bernada tinggi dan menggebrak meja.
Dari aksi tersebut, mereka langsung jadi bahan gunjingan warganet karena dianggap tidak dapat mengendalikan emosi dalam situasi tertentu.
Baca Juga: Apa Itu Sumpah Advokat? Dilanggar Razman Nasution dan Firdaus Oiwobo Sampai Dibekukan
Di sisi lain, banyak warganet justru menyoroti sikap yang tak patut ditiru tersebut dengan mencari tahu bagaimana cara mengelola marah ketika dalam situasi tak menyenangkan.
Lantas, bagaimana cara mengelola emosi agar tetap tenang dalam setiap situasi dan kondisi?
Penting diketahui terlebih dahulu bahwa setiap emosi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari manusia.
Emosi adalah perasaan yang muncul sebagai respons terhadap suatu kondisi. Sehingga emosi tidak hanya berupa amarah yang meledak, tapi juga berupa perasaan bahagia.
Namun, terkadang seseorang sulit mengontrol emosinya sehingga merespons sesuatu secara berlebihan.
Baca Juga: Hotman Paris Sindir Menohok Razman Nasution dan Vadel Badjideh: Klien dan Kuasa Hukum Senasib
Psikolog UGM, Sutarimah Ampuni, menjelaskan bahwa mengekspresikan emosi hendaknya secara wajar dan sehat agar tidak berdampak buruk bagi diri sendiri maupun orang lain.
“Emosi perlu dikelola, mengekspresikannya dengan sehat dan pas. Tidak menahan-nahan namun juga tidak meledak-ledak,”terangnya.
Ia juga memberi tips agar dapat mengontrol emosi adalah dengan merenung, sebab tidak semua emosi dapat diluapkan.
Dengan merenung, seseorang mampu berpikir jernih dan menilai sikap dalam diri apakah pantas dilakukan atau tidak.
Sebab dari sisi sosiologi, kultur dan budaya lingkungan juga perlu diperhatikan agar seseorang menjadi orang yang bernilai ketika bisa mengontrol emosinya.
Tips lain dari Ampuni adalah dengan mengalihkan pikiran ke hal lain ketika emosi sedang meluap, misalnya melihat tayangan komedi atau sekadar berjalan-jalan untuk lebih rileks.
Tak kalah penting juga, disarankan untuk memberi jarak antara emosi-emosi yang dirasakan dengan tindakan atau cara mengekspresikan.
Contohnya, saat seseorang tersulut emosi, maka beri jarak sebelum mengekspresikan emosi itu, seperti diam (tidak langsung berdiri).
Mengatur jarak ini juga dianggap sebagai cara yang cukup ampuh dalam mengelola emosi, sehingga seseorang bisa terhindar dari tindakan-tindakan yang merugikan.
Di sisi lain, menurut penelitian yang dipublikasi oleh Healthline, emosi meluap yang tidak dikontrol berpotensi menyebabkan berbagai masalah serius pada mental maupun fisik seseorang.
Kemarahan yang meledak-ledak menyebabkan terjadinya peningkatan testosteron dan penurunan kortisol yang berdampak negatif bagi tubuh.
Pasalnya, orang yang cenderung emosi meledak akan mengalami ketegangan otot, peningkatan denyut jantung, serta aliran darah tak stabil yang berdampak buruk bagi kesehatan.
Sehingga, ketika emosi datang, disarankan untuk mengatur napas agar otot dan saraf menjadi lebih rileks, sehingga tidak sampai menimbulkan masalah serius.
Kontributor : Damayanti Kahyangan