Suara.com - Pada kondisi ekonomi yang tengah tak menentu, berbagai lapisan masyarakat mulai melakukan berbagai upaya untuk bertahan. Dalam hal ini belakangan viral tren dengan istilah YONO alias You Only Need One.
Diketahui sebelum ada YONO, ramai istilah YOLO yang berarti You Only Live Once. YOLO sendiri merujuk pada ajakan melakukan hal-hal menyenangkan meski pun berisiko atau sulit dilakukan.
Berbeda dengan YOLO, YONO bisa saja menjadi kebalikan. Seperti apa?
Mengenal YONO
Baca Juga: Alasan Premanisme dan Ormas 'Abal-abal' Bisa Bikin Ekonomi Indonesia Melambat
![Ilustrasi belanja di supermarket - Promo Superindo Weekday (freepik)](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/01/27/70110-ilustrasi-belanja-di-supermarket.jpg)
YONO mengacu pada membeli atau mengonsumsi barang tanpa pemborosan. Istilah ini berfokus dan menegaskan agar seseorang hanya butuh satu barang yang benar-benar perlu demi menghindari pembororsan dan konsumerisme.
YONO juga mendorong hidup minimalis yang hanya menuruti kebutuhan bukan keinginan.
Bukan cuma menekankan hidup minimalis, YONO juga mengajarkan keberlanjutan lingkungan dan peningkatan kualitas hidup.
Berikut cara memulai pola hidup YONO:
- Memilih barang berkualitas yang tahan lama untuk jangka panjang
- Membeli barang preloved dan daur ulang barang bekas
- Membeli barang secara efektif, bukan konsumtif
- Membeli barang yang sama hanya saat barang lama rusak atau tak bisa lagi digunakan
- Memilih barang lokal demi berlangsungnya ekonomi kecil
Memilih hidup dengan filosofi YONO bukan hanya soal menghemat uang, namun juga keberlangsungan lingkungan.
Baca Juga: Dorong Ekonomi Inklusif dan Berkelanjutan, Bank Mandiri Gelar Investment Forum 2025