Suara.com - Komunitas Tionghoa Peranakan di Indonesia sering kali disalahartikan. Identitas mereka kerap terjebak dalam stereotip, baik dalam narasi sejarah maupun kehidupan sehari-hari.
Hal tersebut yang menjadi dasar Elsa Sena menginisasi Benteng Walking Tour. Ini adalah salah satu inisiasi yang berusaha mengenalkan kembali sejarah dan budaya mereka. Inisatif ini berfokus pada eksplorasi budaya Tionghoa Benteng di Tangerang.
Elsa menjelaskan, bahwa Benteng Walking Tour didirikan untuk mengenalkan sejarah dan kekayaan budaya Tionghoa Benteng kepada masyarakat luas. Dengan berjalan kaki menyusuri kawasan Pasar Lama Tangerang dan berbagai situs bersejarah lainnya, peserta diajak memahami lebih dalam tentang akulturasi yang telah berlangsung selama berabad-abad.
![Kenalan Dengan Benteng Walking Tour: Menyelami Kembali Kisah Tionghoa Peranakan Tangerang. (Dok. Pribadi)](https://media.suara.com/pictures/original/2025/02/10/65927-kenalan-dengan-benteng-walking-tour-menyelami-kembali-kisah-tionghoa-peranakan-tangerang.jpg)
“Kami ingin mengelola sendiri bagaimana budaya ini dikenalkan. Banyak tur dilakukan oleh orang luar Tangerang, padahal masyarakat lokal lebih memahami sejarahnya,” ujar Elsa Sena, pendiri Benteng Walking Tour.
Baca Juga: Sinopsis 'Pernikahan Arwah': Perpaduan Nuansa Mistis dan Tradisi Tionghoa
Elsa tumbuh dalam keluarga yang masih mempertahankan tradisi Tionghoa Benteng. Sejak kecil, ia selalu ingin tahu makna di balik ritual dan kebiasaan keluarganya.
Minatnya semakin dalam setelah mengikuti program pertukaran pelajar di Taiwan.
“Dari sana, aku mulai penasaran dengan sejarah Imlek, kue bulan, hingga tradisi lain yang sudah lama ada dalam budaya kami,” ujarnya.
Ketika pandemi Covid-19 melanda, Elsa memanfaatkan media sosial untuk berbagi cerita tentang budaya Tionghoa. Konten tentang peringatan kematian neneknya dalam tradisi Tionghoa mendapat perhatian besar.
Sejak itu, ia fokus mengangkat budaya Tionghoa Benteng melalui media sosial dan kemudian mendirikan Benteng Walking Tour.
Baca Juga: Novel Perkumpulan Anak Luar Nikah: Keadilan bagi Generasi Tionghoa-Indonesia
Komunitas Tionghoa Benteng memiliki sejarah panjang sejak era VOC. Mereka berakulturasi dengan budaya lokal, terutama Sunda dan Betawi, yang tercermin dalam pakaian, makanan, hingga ritual keagamaan. Sayangnya, modernisasi membuat banyak tradisi mulai ditinggalkan.
“Generasi muda cenderung memilih cara hidup yang lebih praktis. Padahal, budaya adalah bagian dari identitas kita,” kata Elsa.
Menurutnya, tantangan utama adalah menjaga budaya ini tetap relevan. “Kalau bukan kita yang melestarikan, siapa lagi? Tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah. Komunitas harus bergerak.”
Benteng Walking Tour mendapat sambutan hangat dari berbagai kalangan, baik dari komunitas masyarakat Tionghoa maupun non-Tionghoa. Banyak yang terkejut dengan kekayaan sejarah yang selama ini luput dari perhatian.
“Harapannya, semakin banyak orang yang menghargai budaya Tionghoa Benteng. Ini bukan sekadar sejarah satu kelompok, tapi bagian dari sejarah Indonesia,” tutup Elsa.
Untuk kamu yang tertarik dengan jadwal dan informasi lebih lanjut tentang Benteng Walking Tour bisa dilihat di akun Instagram @bentengwalkingtour.