Suara.com - Menonton film atau drama secara maraton menjadi kebiasaan banyak orang di era digital. Ternyata kebiasaan tersebut bisa berdampak buruk terhadap kesehatan.
Fakta itu diungkapkan oleh Wakil Pemimpin Bagian Psikiatri di Rumah Sakit Sir Ganga Ram, India,Dr Rajiv Mehta. Menurutnya, kemudahan mengakses platform streaming membuat banyak orang sulit berhenti menonton.
Keinginan untuk menyaksikan "satu episode lagi" sering kali membuat mereka mengabaikan waktu istirahat dan aktivitas penting lainnya.
"Banyak tayangan dirancang agar membuat penonton penasaran dan terus menonton tanpa henti. Ketika episode berikutnya tersedia dengan mudah, hal ini mendorong mereka untuk terus melanjutkan," ujar Mehta, dikutip Sabtu (8/2/2025).
Menurutnya, menonton secara maraton merangsang pelepasan dopamin, hormon yang memberikan rasa senang. Namun, jika dilakukan berlebihan, kebiasaan ini dapat menghambat kehidupan sosial, pekerjaan, dan kesehatan.
Mehta menyebutkan bahwa kebiasaan nonton berlebihan bisa menyebabkan berbagai gangguan kesehatan, terutama karena gaya hidup yang tidak aktif.
"Dampak negatifnya bergantung pada durasi dan frekuensinya. Begadang akibat menonton maraton bisa mengganggu pola tidur, menyebabkan kelelahan, menurunkan fungsi kognitif, serta meningkatkan risiko kecelakaan dan performa kerja yang buruk," katanya.
Selain itu, kebiasaan ini juga bisa mengurangi waktu untuk berolahraga atau beristirahat yang cukup, yang pada akhirnya meningkatkan risiko obesitas, nyeri sendi, diabetes, dan penyakit kardiovaskular.
Dr. Mehta juga memperingatkan bahwa menonton berlebihan dapat berdampak pada kehidupan sosial seseorang. Kurangnya interaksi sosial dapat menimbulkan masalah dalam hubungan keluarga serta meningkatkan risiko isolasi sosial.
"Gangguan kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan dapat menjadi penyebab sekaligus akibat dari kebiasaan ini," pungkasnya.