Apa Itu Cancel Culture? Film A Business Proposal Sepi Penonton Diduga Efek Kontroversi Abidzar

Sabtu, 08 Februari 2025 | 10:51 WIB
Apa Itu Cancel Culture? Film A Business Proposal Sepi Penonton Diduga Efek Kontroversi Abidzar
Poster film remake Business Proposal. [Instagram]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Film remake A Business Proposal versi Indonesia telah tayang di bioskop pada 6 Februari 2025. Namun, penayangan perdananya justru berlangsung sepi dan diduga karena adanya seruan cancel culture.

Hal tersebut berawal dari kontroversi yang melibatkan pemeran utamanya, yakni Abidzar Al-Ghifari. Dalam sebuah momen promosi film, ia mengaku hanya menonton satu episode Business Proposal versi orisinil.

"Iya gue sempat nonton di episode satu, cuma memutuskan berhenti karena pada akhirnya ini adalah karakter yang akan gue buat sendiri bersama director," ungkap Abidzar.

Pernyataan itu membuat publik marah karena seharusnya Abidzar bisa memahami betul karakter yang dimainkan dalam film remake. Situasi semakin memanas usai ia mengatakan tidak butuh penggemar drama Korea untuk menonton hingga akhirnya diterapkan cancel culture.

Baca Juga: Jumlah Penonton Film Indonesia Remake Korea, A Business Proposal Paling Mengenaskan

Apa Itu Cancel Culture?

Melansir dari The New York Post, cancel culture merupakan fenomena berupa ajakan  untuk menolak seseorang, merek, acara, hingga film atau sinetron. Penyebabnya sendiri karena perilaku yang tidak pantas.

"Cancel culture adalah perpanjangan atau evolusi kontemporer dari serangkaian proses sosial yang lebih berani dalam bentuk pengusiran. Ini dirancang untuk memperkuat seperangkat norma," ujar Profesor Sosiologi dan Kriminologi Universitas Villanova, Jill McCorkel dalam tulisan tersebut.

Namun, ada banyak perdebatan tentang arti cancel culture. Tak terkecuali apakah itu cara untuk meminta pertanggungjawaban seseorang, upaya untuk menghukum orang lain, atau memang gabungan dari keduanya. 

Menurut catatan Jurnal Communication and the Public, cancel culture tercantum dalam konsep Habermas. Isinya soal ruang publik yang menilai wacana publik merupakan ranah elit baik secara online maupun offline. 

Baca Juga: Silsilah Keluarga Abidzar Al Ghifari: Diwarisi Darah Artis, Namanya Trending di X

Tren cancel culture sendiri berawal dari blog Tumblr pada tahun 2010, khususnya Your Fave Is Problematic. Kala itu, fandom mendiskusikan terkait alasan idola favorit mereka bermasalah dan tidak sempurna. 

Istilah tersebut kemudian berkembang dan dipakai di berbagai media paltform, seperti televisi hingga Twitter yang kini menjadi X. Pada tahun 2018, frasa cancel culture mulai sering digunakan, bahkan terhadap selebriti.

Sejumlah selebriti besar, seperti Taylor Swift dan Kanye West juga pernah dikenakan istilah tersebut dalam karier mereka. Selain itu, para influencer dan sejumlah program TV juga kerap mengalami cancel culture. 

Di sisi lain, mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama pernah mengkritik cancel culture. Dalam sebuah wawancara tentang aktivisme pemuda, ia mengatakan bahwa tren tersebut tidak akan memberikan perubahan.

 "Itu (cancel culture) bukan aktivisme. Itu tidak membawa perubahan. Jika yang Anda lakukan hanyalah melempar batu, Anda mungkin tidak akan sampai sejauh itu. Itu mudah dilakukan," ucap Obama. 

Sementara di Indonesia, cancel culture awalnya diragukan karena sosok yang bermasalah seringkali dimaklumi. Namun, sepertinya, istilah ini diterapkan terhadap Abidzar hingga filmnya sepi peminat.

Kontributor : Xandra Junia Indriasti

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI