Suara.com - Permasalahan merokok di Indonesia masih menjadi tantangan besar bagi kesehatan masyarakat. Setiap tahunnya, sekitar 300 ribu orang meninggal akibat penyakit yang berhubungan dengan rokok.
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk menekan angka perokok, termasuk pengendalian konsumsi tembakau dan layanan berhenti merokok. Namun, masih banyak perokok yang kesulitan untuk benar-benar berhenti.
Praktisi Kesehatan dr. Arifandi Sanjaya mengatakan berhenti merokok jadi hal yang sulit dilakukan bagi perokok. Pasalnya setiap perokok yang berusaha berhenti akan menghadapi nikotin withdrawal atau gejala putus zat nikotin.
"Membuat perokok berhenti itu susahnya luar biasa. Saya tidak pernah membuat orang berhenti merokok, tapi membatasi dosisnya, karena banyak kejadian orang kolaps. Gejala ini terjadi karena tubuh dan otak perokok telah memiliki ketergantungan terhadap nikotin yang selama ini dikonsumsi melalui rokok," kata dia dalam temu media yang digelar baru-baru ini di Jakarta.
Untuk itu, pendekatan dengan produk alternatif yang lebih aman dapat mengurangi risiko bahaya hasil dari pembakaran pada rokok dapat diupayakan dan dapat dijadikan jembatan perokok untuk berhenti merokok.
Sebuah laporan terbaru, "Lives Saved Report 2024" yang dirilis oleh Global Health Consults, mengungkapkan bahwa metode Tobacco Harm Reduction (THR) bisa menjadi solusi yang lebih efektif.
Laporan ini memperkirakan bahwa hingga tahun 2060, lebih dari 4,6 juta jiwa dapat terselamatkan jika metode ini diterapkan secara luas.

Apa Itu Tobacco Harm Reduction (THR)?
THR adalah pendekatan yang mendorong perokok untuk beralih ke alternatif yang lebih rendah risiko dibandingkan rokok konvensional. Alternatif ini termasuk produk tembakau tanpa pembakaran.
Baca Juga: Lebih Baik Beli Telur Ketimbang Rokok? Ini Kata Ahli Gizi
Menurut Public Health England, produk tembakau alternatif memiliki risiko hampir 95% lebih rendah dibandingkan rokok biasa. Hal ini karena risiko kesehatan utama dari merokok berasal dari pembakaran tembakau, yang menghasilkan ribuan zat kimia berbahaya.