Nama asli Pram rupanya adalah Pramoedya Ananta Mastoer, seperti yang tertulis pada koleksi cerita endek semi-autobiografinya yang berjudul Cerita dari Blora.
Karena nama keluarga tepatnya nama ayahnya 'Mastoer' dianggap terlalu aristokratik, Pram memutuskan untuk menghilangkan awalan Jawa 'Mas' dan menggunakan nama 'Toer' sebagai nama keluarganya.
Pram kecil bersekolah di sekolah rendah (sekolah dasar) Institut Boedi Oetomo di Blora, lalu lanjut selama satu setengah tahun di sekolah teknik radio Surabaya atau saat itu disebut Radiovakschool Surabaya di tahun 1940-1941.
Ia tidak mempunyai ijazah dari sekolah tersebut lantaran kedatangan Jepang ke Indonesia, sehingga ijazahnya yang ia kirimkan ke Bandung untuk disahkan tidak pernah sampai.
Mei 1992, Pram meninggalkan Rembang dan Blora, kemudian pergi ke Jakarta untuk bekerja di Kantor Berita Domei. Sembari bekerja, Pram melakukan pendidikan di Taman Siswa (1942-1943), kursus di Sekolah Stenografi (1944-1945), serta berkuliah di Sekolah Tinggi Islam Jakarta (1945) dengan mengambil mata kuliah Filsafat, Sosiologi, serta Sejarah.
Beberapa penghargaan yang pernah ia raih antara lain Penghargaan Balai Pustaka (1951), Hadiah Magsaysay dari FIlipina (1995), PEN International (1998), Gelar kehormatan Doctor of Humane Letters dari Universitas Michigan (1999), Fukuoka Cultural Grand Prize, Jepang (2000), dan Norwegian Authors' Union Award.
Karya-karyanya yang terus dibaca hingga kini antara lain Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, Rumah Kaca, Nyanyin Sunyi Seorang Bisu, Arus Balik, Arok Dedes, Larasati, Cerita dari Blora, Perburuan, Keluarga Gerilya, dan Panggil Aku Kartini Saja.
Kontributor : Rizky Melinda
Baca Juga: Puji Karya Pramoedya Ananta Toer, Cak Imin Diminta Jelaskan Konflik Pram vs Buya Hamka