Mengenal Fast Fashion: Tren Gaya Modis atau Bencana untuk Lingkungan?

Yasinta Rahmawati Suara.Com
Kamis, 06 Februari 2025 | 14:00 WIB
Mengenal Fast Fashion: Tren Gaya Modis atau Bencana untuk Lingkungan?
Ilustrasi Fast Fashion [pexels.com]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

2. Eksploitasi Tenaga Kerja

Pekerja di industri fast fashion, terutama di negara berkembang, seringkali dieksploitasi. Mereka bekerja dalam kondisi yang tidak aman, dengan upah yang rendah, dan jam kerja yang panjang. Hak-hak pekerja seperti jaminan sosial dan kesehatan seringkali tidak terpenuhi.

Selain itu pusat produksi industri fast fashion banyak berlokasi di negara-negara berkembang seperti Bangladesh, India, bahkan Indonesia. Hal ini dikarenakan biaya produksi yang lebih murah di negara-negara tersebut. Namun di balik biaya produksi yang murah, tersembunyi masalah sosial dan lingkungan yang serius.

Pekerja di industri fast fashion seringkali berasal dari kelompok masyarakat yang rentan, seperti perempuan, anak-anak, dan imigran. Mereka dipaksa bekerja dalam kondisi yang sangat buruk dengan upah yang jauh di bawah standar.

3. Eksploitasi Hewan

Industri fast fashion seringkali menggunakan kulit hewan seperti ular, buaya, dan macan untuk membuat produk-produk mewah. Permintaan yang tinggi terhadap produk-produk berbahan kulit hewan ini mendorong perburuan liar dan perdagangan ilegal satwa liar. Hal ini mengancam kelangsungan hidup berbagai spesies hewan dan menyebabkan penurunan populasi mereka di alam liar.

4. Penggunaan Zat Kimia Berbahaya

Proses pengolahan kulit hewan menjadi bahan baku untuk produk fashion melibatkan penggunaan berbagai macam zat kimia berbahaya. Zat-zat kimia ini tidak hanya berdampak buruk bagi lingkungan, tetapi juga dapat membahayakan kesehatan hewan dan manusia.

5. Dorong Sifat Konsumtif Manusia

Baca Juga: Tips Mencuci Pakaian di Musim Hujan Agar Cepat Kering dan Tidak Bau

Fast fashion mendorong gaya hidup konsumtif yang tidak berkelanjutan. Konsumen cenderung lebih mementingkan kuantitas daripada kualitas, sehingga menghasilkan tumpukan pakaian yang tidak terpakai di lemari.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI