Menilik Sejarah Gas LPG 3 Kg di Indonesia: Dulu Jadi Solusi, Kini Malah Sulit Dicari

Saat ini, gas LPG 3 kg tengah menjadi barang langka di Indonesia hingga sejarahnya ikut menuai sorotan.
Gas melon berukuran kecil yang harganya lebih murah membuatnya mudah diakses, terlebih bagi keluarga tidak mampu dan usaha kecil. Ide ini juga menjadi solusi bagi harga minyak tanah yang sering berubah.
Gas tersebut telah membawa perubahan positif dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Selain rumah tangga, banyak warung makan hingga pedagang kaki lima mengandalkannya sebagai sumber energi.
Meski begitu, ada masalah dalam kehadiran gas elpiji 3 kilogram di Indonesia, yakni penyebaran yang salah sasaran. Tak sedikit usaha besar dan orang-orang kaya mengambil yang bukan haknya dengan menggunakan gas tersebut.
Untuk mengatasi persoalan itu, pemerintah mengambil langkah tegas dengan mengubah sistem distribusi. Per tanggal 1 Februari 2025, penjualannya hanya dilakukan di pangkalan atau subpenyalur resmi Pertamina saja.
Baca Juga: Sempat Bertemu Megawati Sebelum Saksikan Teater, Fadli Zon Ungkap Isi Pembicaraannya
Kebijakan tersebut bertujuan untuk meningkatkan pengawasan. Selain itu, pemerintah ingin memastikan bahwa gas elpiji 3 kilogram bisa sampai ke tangan masyarakat yang memang benar-benar membutuhkan.
Sebelumnya, pendistribusian gas elpiji 3 kilogram yang tidak tepat sasaran sempat dibahas dalam Analisis Ringkas Cepat DPR pada tahun 2020. Penjualan yang bebas disebut mampu membuatnya bisa diakses oleh siapapun, termasuk kelompok atas.
"Subsidi gas LPG 3 kg secara bebas. Mayoritas penerima subsidi berasal dari kelompok menengah ke atas, sedangkan 30 persen masyarakat termiskin hanya menerima 25 persen dari total subsidi yang diberikan pemerintah," demikian bunyi dari isi laporan tersebut, dikutip Selasa (4/2/2025).
Kontributor : Xandra Junia Indriasti
Baca Juga: Jangan Beli! Bikin Sendiri Keranjang Telur Paskah Impianmu, Cuma Butuh Ember Bekas