Iwan Fals mulai dikenal sejak merilis album "Canda Dalam Nada" pada tahun 1979. Namanya semakin meroket setelah merilis lagu "Oemar Bakri", yang menggambarkan kehidupan seorang guru dengan segala tantangan yang dihadapinya.
Sepanjang kariernya, Iwan Fals menghadapi berbagai tantangan, termasuk pembatalan tur di 100 kota dan larangan tampil di TVRI pada 1989 dan 1993 akibat kerusuhan dalam konsernya.
Setelah kehilangan anak pertamanya, Galang Rambu Anarki, pada tahun 1997, ia sempat vakum dari dunia musik dan mengalihkan perhatiannya pada seni lukis serta bela diri.
Tahun 2002, Iwan Fals kembali dengan album "Suara Hati", yang menampilkan lagu "Hadapi Saja", mencerminkan rasa kehilangan yang mendalam.
Kemudian, ia merilis "Manusia Setengah Dewa" (2004), "Iwan Fals in Love" (2005), "Untukmu Terkasih" (2009), "Keseimbangan" (2010), dan "Raya" (2013). Pada 2015, ia berkolaborasi dengan musisi seperti Nidji, Noah, Geisha, dan D’Masiv dalam sebuah proyek musik.
Sebagai musisi berpengaruh, Iwan Fals telah meraih berbagai penghargaan, termasuk Bintang Satyalencana Kebudayaan pada tahun 2010 atas kontribusinya dalam mengembangkan budaya Indonesia.
Enam albumnya, yaitu "Swami", "Sarjana Muda", "Kantata Takwa", "Mata Dewa", "Orang Gila", dan "Aku Sayang Kamu!", masuk dalam daftar 150 Album Indonesia Terbaik Sepanjang Masa pada 2007.
Selain itu, pada tahun 2012, ia dianugerahi Soegeng Sarjadi Awards on Good Governance dalam kategori Masyarakat Sipil atas kontribusinya terhadap demokrasi melalui musik.
Tahun 2015, ia juga dinobatkan sebagai Duta Desa Indonesia oleh Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.