Dari Rapat Istana ke Meja Makan Keluarga, Cinta Lama SBY dan JK Bersemi Lagi di Pernikahan Rasyid Rajasa-Tamara Kalla

Farah Nabilla Suara.Com
Senin, 03 Februari 2025 | 13:43 WIB
Dari Rapat Istana ke Meja Makan Keluarga, Cinta Lama SBY dan JK Bersemi Lagi di Pernikahan Rasyid Rajasa-Tamara Kalla
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (kiri) menyalami cawapres terpilih Jusuf Kalla (kedua kanan) disaksikan Ibu Mufidah Jusuf Kalla (kanan) pada acara open house Idul Fitri 1435 H di Istana Negara, Jakarta, Senin (28/7). [Antara/Andika Wahyu]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Mantan Presiden dan Wakil Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla nampaknya kembali duduk satu meja lagi. Bukan sebagai pemimpin negara melainkan sebagai sebuah keluarga.

Para mantan orang nomor 1 dan 2 di Indonesia ini pernah menjadi partner duet memimpin negara pada tahun 2004-2009. SBY-JK menjadi sejarah besar demokrasi Indonesia lantaran memenangkan Pilpres pertama yang dipilih langsung oleh rakyat.

Dua puluh tahun berlalu, SBY dan JK kembali dipersatukan. Menariknya, dua tokoh ini reuni di pelaminan pernikahan Rasyid Rajasa dan Tamara Kalla.

Momen ini kembali menjadi perbincangan besar. Pasalnya, hubungan SBY dan JK sempat diisukan renggang terkait masalah politik.

Baca Juga: Perjalanan Cinta Rasyid Rajasa dan Tamara Kalla hingga Akhirnya Menikah

Jauh sebelumnya, meski SBY-JK sebagai presiden dan wakilnya cukup menuai apresiasi, namun tak membuat keduanya kembali berduet di periode pemerintahan selanjutnya.

Di Pilpres 2009, SBY memilih Boediono, mantan Gubernur BI, untuk menggantikan Jusuf Kalla sebagai wakilnya. Sementara JK memilih maju sendiri sebagai capres yang didampingi Wiranto dari Partai Hanura.

Persaingan antara SBY dan JK sudah terlihat sejak mereka dalam satu pemerintahan. Saat menjalankan tugasnya masing-masing, persaingan begitu kentara ketika terjadi Tsunami di Aceh pada Desember 2004.

Pernikahan Rasyid Rajasa dan Tamara Kalla (Instagram/ruby_26)
Pernikahan Rasyid Rajasa dan Tamara Kalla (Instagram/ruby_26)

Saat itu, JK berhasil data lebih dulu ke Nanggroe Aceh Darussalam. Sementara itu, SBY masih berada di Papua. Kegesitan JK juga dibandingkan dengan SBY ketika menangani konflik Aceh. Kalla saat itu ikut di perundingan damai di Helsinki, Finlandia. Hal inilah yang membuat publik menilai seolah Kalla lebih depan ketimbang SBY.

Ditambah lagi soal hubungan dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri. Berbeda dengan SBY yang seolah sedang berperang dingin, Jusuf Kalla sebagai Ketum Golkar tanpa beban bertemu dengan Mega, memunculkan pembicaraan soal koalisi pemilu. Intrik ini diduga menjadi salah satu sebab SBY-JK berpisah di Pilpres selanjutnya.

Baca Juga: Hadiri Pernikahan Cucu JK, Kondisi Kesehatan Annisa Pohan Bikin Khawatir

Puncaknya pada Pilpres 2014 ketika Jusuf Kalla menjadi wakil presiden berpasangan dengan Jokowi. SBY lebih memilih mendukung Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa, besannya, ketimbang mensupport mantan pasangan duetnya.

Namun, hubungan mereka tak lantas berakhir. Pada tahun 2022 lalu, SBY dan JK bertemu lagi. Memunculkan opini publik bahwa mereka akan kembali bersatu.

Meski pada kenyataanya, keduanya masih berpisah jalan politik. Terbukti dari Pilpres 2024, SBY memilih menjatuhkan dukungannya kepada pasangan Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka, sementara Jusuf Kalla mendukung anak muridnya yakni Anies Baswedan yang berpasangan dengan Muhaimin Iskandar.

Gagal sudah CLBK atau cinta lama bersemi kembali yang dinanti publik. 

Namun Pilpres tak menghentikan hubungan SBY dan JK. Jika sebelumnya, mereka dihubungkan oleh politik dan urusan negara, kali ini mereka dipersatukan oleh ikatan cinta.

Kali ini, SBY dan JK akan lebih sering bertemu sebagai besan keluarga besar dari pasangan Rasyid Rajasa dan Tamara Kalla.

Rasjid Rajasa merupakan putra dari Hatta Rajasa, besan SBY. Sementara Tamara Kalla adalah keponakan Jusuf Kalla. Mungkin memang sudah takdirnya SBY dan JK selalu dipertemukan di setiap momen, kalau anak zaman sekarang menyebutnya redstring theory atau teori benang merah.

Kini, pertukaran ide keduanya tak lagi terjadi di meja rapat kantor pemerintah, melainkan di meja makan dan acara-acara keluarga.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI