Suara.com - Dunia kosmetik dan skincare Tanah Air memang dipenuhi oleh para tokoh besar yang sukses namun hidup dalam penuh kesederhanaan. Setelah kemarin publik kagum dengan sosok Nurhayati Subakat, kini ada sosok Martha Tilaar.
Martha Tilaar juga punya cerita kesuksesan yang ia bagikan sehingga ia bisa menjadi bos besar Sariayu yang menguasai pangsa pasar kosmetik Indonesia dari era 2000-an hingga kini.
Martha juga digadang-gadang sebagai senior Nurhayati Subakat dan punya sifat yang sama, yakni menolak flexing kendati menikmati puncak karier mereka masing-masing.
Lantas, bagaimana kisah perjalanan karier Martha Tilaar hingga bisa menjadi bos skincare Tanah Air yang melegenda?
Baca Juga: Mengenal 3 Owner 'Sesepuh' Skincare Lokal yang Anti Flexing: Viva sampai Sariayu
Sempat kerja di luar negeri
Kecintaan Martha Tilaar terhadap dunia kosmetik memang telah ada sejak ia muda. Ibunda Martha Tilaar menjadi sosok yang memperkenalkan sang putri ke dunia kosmetik.
Memang, awalnya Martha kala kecil jarang memperhatikan pentingnya merawat diri. Hal itu membuat sang ibu menitipkan Martha ke Titi Poerwosoenoe, sosok tokoh jamu kecantikan dari Kota Pelajar, Yogyakarta.
Ia akhirnya merantau ke Negeri Paman Sam demi menempuh studi di Academy of Beauty Culture, Blooming Indiana, Amerika Serikat.
Perempuan yang menyandang nama lengkap Martha Thjie Pwee Giok ini mendapatkan beasiswa bersama sang suami Henry A. Rudolf Tilaar, di Negeri Paman Sam.
Baca Juga: Masuk Babak Baru, Sidang 3 Tersangka Kosmestik Berbahaya di Makassar Digelar Pekan Depan
Martha dan Henry sempat memutar otak untuk menghidupi keseharian mereka di Amerika. Martha akhirnya memilih untuk menjadi baby sitter dan merawat anak yang kedua orang tuanya sibuk bekerja seharian.
Buka salon kecantikan yang jadi cikal bakal Sariayu
Martha dan sang suami akhirnya pulang ke Tanah Air setelah berhasil merampungkan studi mereka. Adapun dengan ilmu yang didapatkan Martha saat belajar di Amerika Serikat, ia mencoba memberanikan diri membuka salon sendiri.
Martha sempat menabung hingga Rp1 juta yang kala itu tak sedikit dan akhirnya mendirikan salon di garasi milik sang ayah.
Bisnis pertama Martha akhirnya berdiri pada tahun 1969 yang lambat laun berkembang dan membuka cabang.
Salon kedua Martha Tilaar yang bernama Martha Griya Salon di Menteng menghasilkan inovasi baru yakni meracik produk kecantikan tradisional dengan nama merek Sariayu yang akhirnya digandrungi masyarakat.
Martha lalu mengambil keputusan besar untuk mendirikan perusahaan PT Martina Berto dan fokus untuk memproduksi produk kecantikan.
Perusahaan tersebut akhirnya melebarkan sayapnya menambah satu perusahaan lagi PT Sari Ayu Indonesia (kini PT SAI Indonesia) untuk mendukung produksi dan pemasaran.
PT Sari Ayu Indonesia yang lahir pada tahun 1983 akhirnya bisa besar hingga sekarang. Kendati banyak wajah-wajah baru di dunia skincare dan kosmetik, Sariayu bisa bertahan dan menjadi pilihan masyarakat khususnya kaum hawa.
Kontributor : Armand Ilham