Meski memulai dari skala kecil, bisnisnya berkembang pesat hingga mempekerjakan 25 orang karyawan dalam lima tahun. Namun, perjalanan ini tidak selalu mulus. Lima tahun setelah usahanya berkembang, pabrik mereka terbakar habis, menyisakan utang di bank yang belum terlunasi.
Dalam situasi terpuruk ini, Nurhayati tidak menyerah. Berkat dukungan suaminya, ia memulai kembali dari nol dan berhasil membangun kembali usahanya.
Terinspirasi dari Ceramah Buya Hamka
Salah satu titik balik dalam kehidupan Nurhayati adalah ketika ia mendengarkan ceramah Buya Hamka tentang makna pengorbanan.
"Makna berkorban adalah di mana kita paling berat melepaskannya, itulah pengorbanan," kata Buya Hamka dalam ceramahnya yang sangat membekas di hati Nurhayati.
Setelah mendengar ceramah tersebut, Nurhayati tergerak untuk membeli dua ekor kambing untuk berkurban. Ia merasakan keberkahan dan kemudahan dari Allah setelah melakukannya.
Ceramah tersebut menjadi pegangan hidupnya dalam menghadapi berbagai tantangan. Filosofi pengorbanan ini terus ia terapkan dalam menjalankan bisnisnya, baik dalam berinovasi maupun menghadapi kesulitan.
Peluncuran Merek Kosmetik Wardah
Pada tahun 1995, Nurhayati meluncurkan merek kosmetik halal pertama di Indonesia, Wardah. Produk ini dirancang khusus untuk muslimah yang ingin tampil cantik tanpa mengabaikan prinsip kehalalan.
Baca Juga: Mengenal 3 Owner 'Sesepuh' Skincare Lokal yang Anti Flexing: Viva sampai Sariayu
Wardah mendapatkan penerimaan positif di pasar, terutama pada tahun 2009 saat tren hijabers mulai berkembang pesat di Indonesia. Kesuksesan Wardah semakin menguatkan posisi Nurhayati sebagai salah satu pelopor di industri kosmetik halal.