Suara.com - Belakangan media sosial tengah gaduh perihal skincare yang overclaim. Fenomena itu semakin disorot setelah kemunculan sosok Dokter Detektif alias Doktif yang membedah dan mengkritisi klaim produk skincare yang tidak sesuai dengan fakta ilmiah.
Dalam konten yang dibagikan lewat media sosial, Doktif membongkar komposisi produk, menjelaskan mekanisme kerja bahan aktif, hingga mengungkapkan apakah klaim suatu produk didukung oleh penelitian ilmiah atau sekadar strategi pemasaran.
Lantas, apa sih arti dari overclaim ini?
Arti Overclaim di Dunia Skincare
Baca Juga: Doktif Sengaja Lakukan Uji Laboratorium untuk Skincare Premium Maia Estianty, Hasilnya ...
Overclaim berasal dari kata dalam bahasa Inggris yang berarti "klaim berlebihan". Mengutip dari laman Merriam Webster, "overclaim" berarti membuat pernyataan atau mengklaim sesuatu secara berlebihan. Istilah ini sering digunakan untuk menggambarkan pernyataan yang tidak sesuai dengan fakta atau salah.
Overclaim dapat terjadi dalam berbagai bidang, termasuk periklanan dan pemasaran produk. Dalam konteks dunia skincare, overclaim merujuk pada klaim manfaat atau keunggulan suatu produk dilebih-lebihkan.
Ini terjadi ketika suatu merek atau produsen menyatakan bahwa produknya memiliki efek yang lebih kuat, lebih cepat, atau lebih ampuh dari yang sebenarnya dapat dibuktikan secara ilmiah.
Contoh overclaim yang sering ditemukan dalam industri kecantikan, berhubungan dengan persentase kandungan bahan yang tidak sesuai dengan klaim yang tertera pada kemasan. Misalnya produk Y menjual serum atau moisturizer dengan kandungan niacinamide 10 persen, tapi saat diuji lab ternyata hanya 5 persen.
Contoh lainnya seperti mengklaim produk bisa "memutihkan kulit secara permanen dalam 3 hari" tanpa bukti ilmiah. Atau menggunakan istilah medis atau ilmiah yang menyesatkan, seperti menyebut produk sebagai "botox dalam botol" tanpa bukti bahwa efeknya sebanding dengan prosedur botox asli.
Baca Juga: Berapa Harga Produk Skincare Shella Saukia? Kini Reseller Ngeluh Rugi Puluhan Juta
Tentunya, aksi Doktif yang membongkar skincare overclaim ini menimbulkan pro dan kontra. Bahkan dokter dan profesional di bidang dermatologi serta farmasi turut mengkritik atau meragukan beberapa pernyataan Doktif.
Salah satunya, Doktif dinilai sering menyederhanakan isu skincare sehingga seolah-olah ada produk yang 100% buruk atau 100% baik. Padahal, dalam dunia dermatologi, efektivitas suatu produk sangat tergantung pada jenis kulit, kondisi individu, dan faktor lain.