Suara.com - Sosok dokter Richard Lee seolah tak pernah lepas dari perhatian publik. Usai sempat menuai kontroversi lantaran gelar S3 yang ia miliki diduga bodong, kini dokter kecantikan asal Palembang tersebut dikabarkan sudah berpindah agama dan menjadi seorang mualaf.
Desas desus soal Richard yang ingin memeluk agama Islam pun sudah muncul sejak pertengahan tahun 2024 lalu. Namun, Richard mengaku dirinya masih ingin mempelajari lebih dalam soal agama Islam dan belum mantap untuk menjadi seorang mualaf.
Namun bantahannya tersebut seolah terpatahkan usai rekannya, Ustadz Derry Sulaiman mengunggah sebuah momen saat ia tengah membimbing Richard untuk berdzikir menggunakan tasbih.
"Bismillah kabar gembira, yuk kita doakan dr Richard Lee istiqomah dalam iman dan islam. Takbir hidayah bercurah," tulis Ustadz Derry dalam unggahan Instagram-nya pada Selasa (28/01/2025) pagi tadi.
Baca Juga: Silsilah Keluarga Dokter Richard Lee, Sempat Ditentang Kini Mantap Mualaf
Hal ini pun mendapat banyak respons dari rekan-rekan sesama ulama dan artis. Tak sedikit dari mereka yang memberikan dukungan dan mendoakan Richard.
"Alhamdulillah semoga dokter istiqomah," tulis musisi Sandy Andarusman lewat akunnya @sanypasband_.
"Manteb," komentar Ustadz Felix Siauw.
Perjalanan hidup Richard Lee hingga memutuskan untuk menjadi mualaf sendiri meninggalkan kisah yang cukup rumit. Ia bahkan mengaku sempat membenci agama Islam.
Lalu, seperti apa perjalanan mualaf seorang Richard Lee? Simak inilah selengkapnya.
Berasal dari keluarga taat agama
Dr Richard Lee sendiri dikenal berasal dari keluarga yang taat agama. Usai lulus dari Fakultas Kedokteran Unsri dan meraih gelar dokter, Richard pun menikah dengan adik tingkatnya sekaligus rekan sejawatnya yaitu Reni Effendi pada 11 September 2012. Keduanya pun menggelar pemberkatan sesuai dengan ketentuan di agama Kristen.
Dari pernikahannya dengan Reni, Richard dikaruniai 3 orang anak. Selama pernikahannya dengan Reni, Richard pun juga cukup taat beribadah dan merayakan momen besar seperti Natal dan Jumat Agung dengan keluarganya.
Sempat benci agama Islam
Tumbuh dan besar di lingkup keluarga yang beragama Kristen membuat Richard teguh mengimani agama yang ia anut sejak kecil. Ia pun mengaku pernah membenci agama Islam karena adnaya stigma.
"Dulu aku gak suka sama agama Islam, karena adanya stigma. Tapi ternyata setelah belajar, Islam itu Indah, damai. Aturan yang banyak banget bisa membuatku menjadi orang lebih baik," ungkap Richard dalam salah satu podcastnya bersama Atta Halilintar di Youtube.
Dikecam keluarga
Perjalanan hidup pun membawa Richard diperkenalkan dengan agama Islam. Ia pun menjalin hubungan baik dengan rekan-rekannya yang beragama Islam dan membuatnya tertarik untuk belajar Islam lebih dalam.
Desas desus soal dirinya yang akan menjadi mualaf justru tersiar dan didengar oleh anggota keluarganya yang lain.
"Soal itu (isu mualaf) tentu tidak mudah bagi keluargaku juga. Banyak yang terang-terangan marah samaku. Bahkan waktu podcastku sama ustaz Felix Siauw naik, ada keluarga muncul di grup keluargaku bilang jangan masuk Islam ya, dari keluarga besar. Tapi aku gak bisa menyalahkan hal tersebut," pungkas Richard.
Dapat dukungan istri
Isu soal dirinya yang akan menjadi mualaf ternyata sudah menjadi bahasan Richard dengan sang istri, Reni Effendi. Ia pun mengaku bahwa diskusi soal agama ini menjadi topik pembahasan dan mendapat dukungan penuh dari sang istri.
"Kalau menurut aku sih agama itu masalah personal ya, asal kamu tetap berbuat baik, tidak merugikan orang lain ya gak apa-apa," ungkap Reni dalam podcast bersama Richard yang diunggah di pertengahan tahun 2024 lalu.
Ustadz Derry bimbing Richard jadi mualaf
Keinginan besar Richard untuk memeluk agama Islam dan menjadi mualaf pun didukung dengan kehdarian rekan-rekannya yang juga pemuka agama seperti Ustadz Derry Sulaiman. Ustadz Derry pun mengaku siap mendampingi setiap proses mualaf dr Richard hingga menyebutkan dua kalimat syahadat sebagai syarat utama menjadi mualaf.
Namun hingga kini, Richard sendiri belum angkat bicara soal isu dirinya yang akan menjadi mualaf tersebut.
Kontributor : Dea Nabila