Suara.com - Generasi Z, yang tumbuh dalam dunia digital, memiliki akses mudah ke segunung informasi, termasuk tren mode berkat media sosial.
Namun, ketika mereka mencoba menyesuaikan gaya berpakaian dengan inspirasi dari influencer TikTok, tak jarang mereka malah berisiko melanggar aturan berpakaian kantor.
Hal ini kemudian menjadi tantangan baru bagi pekerja muda yang ingin tampil modis sekaligus profesional, hingga ramai dikeluhkan oleh HRD.
Pakaian Kerja Gen Z: Ketika Inspirasi TikTok Menjadi Masalah
Baca Juga: Diajak ke Kota, Momen Anak Papua Makan Bakso Pertama Kali Viral Tuai Sorotan
Salah satu tren yang mencuat adalah konsep pakaian kerja ala "office siren" dan "corpcore" yang banyak diikuti di platform seperti Instagram dan TikTok.
Inspirasi ini menggabungkan pakaian formal dengan sentuhan berani, seperti rok ketat atau blazer unik yang diimbangi dengan riasan sensual. Namun, meski tampak modis, pakaian tersebut sering kali dianggap tidak sesuai dengan suasana kantor yang konservatif.
Dilansir Fortune, seorang pekerja muda seperti Kiera Bohan mengungkapkan pengalaman pribadinya lewat TikTok, menunjukkan bagaimana outfit yang dianggap keren justru menimbulkan masalah.
Dalam unggahan OOTD-nya, Bohan mengenakan sweter pendek, celana kanvas, dan sepatu kets, hanya untuk kemudian diberi teguran karena pakaian yang memperlihatkan perutnya.
Fenomena seperti ini bukanlah hal yang asing bagi pekerja Gen Z yang mencoba mengekspresikan diri melalui pakaian, tetapi sering kali berhadapan dengan kenyataan bahwa setiap tempat kerja memiliki aturan yang berbeda-beda.
Baca Juga: Inovasi Teknologi Pendidikan: Tren yang Akan Mendominasi di 2025
Ahli etiket dan perekrutan mencatat beberapa kesalahan yang sering dilakukan oleh pekerja muda. Di antaranya adalah mengenakan crop top, sepatu kets, dan pakaian olahraga yang memang sedang tren, tetapi tidak sesuai dengan norma bisnis.
Myka Meier, seorang pelatih etiket, mengingatkan bahwa meskipun sepatu kets kini lebih diterima di beberapa lingkungan kerja, jenis sepatu yang dipilih harus tetap elegan, bukan sepatu lari yang lebih cocok untuk berolahraga.
Selain itu, para ahli juga memperingatkan bahwa perubahan drastis pada penampilan setelah diterima kerja, seperti mengecat rambut menjadi warna mencolok, dapat memberi kesan buruk pada atasan dan memengaruhi citra profesional seseorang.
Oleh karena itu, berpakaian sesuai dengan budaya dan citra perusahaan menjadi hal yang penting untuk mempertahankan posisi di dunia kerja.
Bagi para pekerja Gen Z, pakaian bukan hanya soal penampilan—itu adalah cara mereka untuk menunjukkan siapa mereka dan apa yang mereka representasikan. Namun, ini bukan berarti gaya mereka harus mengorbankan kepatuhan terhadap aturan kantor.
Ahli mode menyarankan agar pekerja muda menyesuaikan penampilan mereka dengan atmosfer dan identitas perusahaan tempat mereka bekerja.
Contohnya, di sebuah perusahaan pemasaran di New York, legging dan warna cat kuku biru tua mungkin dapat diterima. Tetapi untuk pekerja di industri yang lebih konservatif, seperti perbankan, penampilan tersebut akan dianggap kurang pantas.
Penampilan profesional yang terjaga tidak hanya mencerminkan keseriusan, tetapi juga memberi kesan bahwa pekerja menghormati budaya dan nilai-nilai perusahaan.
Berpakaian dengan Cerdas: Sesuaikan Gaya dengan Suasana Kerja
Para ahli setuju bahwa tidak ada satu ukuran yang cocok untuk semua industri ketika berbicara tentang pakaian kantor.
Namun, beberapa elemen dasar—seperti kemeja berkancing, celana panjang, dan sepatu datar—akan selalu menjadi standar emas yang tidak lekang oleh waktu. Penting untuk memahami bahwa meskipun tren mode terus berkembang, kesan profesional harus tetap menjadi prioritas utama.
Juliette Quaranta, seorang manajer akun Gen Z di agen perekrutan mode Fourth Floor, menambahkan bahwa pakaian kantor yang santai dan mewah adalah pilihannya.
Dia mengenakan sweter kasmir dan kemeja berkancing, namun tetap menambahkan aksesori mewah seperti anting emas dan cincin untuk memberikan sentuhan pribadi.
Ini adalah contoh bagaimana pekerja muda bisa menampilkan individualitas mereka tanpa melanggar etika berpakaian kantor.