Suara.com - Debat panas soal dosa makan babi vs dosa korupsi kini membuat suasana publik makin panas usai Nagita Slavina menyantap hidangan diduga non halal di Korea Selatan.
Tak sedikit publik yang membela istri Raffi Ahmad tersebut lantaran dosa makan babi tak sebesar orang-orang yang korupsi.
Mereka yang membela Nagita Slavina menyayangkan sang artis yang dihujat habis-habisan layaknya para tikus berdasi yang menilap uang negara.
"Bagi muslim di Indonesia, dosa terbesar tuh cuman makan babi," sindir seorang warganet membela Nagita Slavina. "Di Indonesia level keharaman babi mengalahkan korupsi dan zina," bunyi komentar lain yang menyindir penghujat istri Raffi Ahmad itu.
Baca Juga: Kasus Investasi Fiktif, KPK Sita 6 Unit Apartemen Milik Mantan Bos Taspen
Lantas, bagaimana jawaban para ulama terkait dosa makan babi, korupsi, dan zina?
UAS Jelaskan Beban Dosa Korupsi vs Makan Babi
Ulama kondang Ustaz Abdul Somad alias UAS menjelaskan perbedaan dosa korupsi dan makan babi. Dai asal Sumatera Utara itu tak secara eksplisit menyebut dosa mana yang bebannya lebih besar.
Kendati demikian, Abdul Somad menjelaskan bahwa ada tanggungan tambahan setelah seseorang melakukan korupsi yakni mengembalikan uang yang ditilap.
Lalu di satu sisi, sang ustaz menjelaskan bahwa dosa makan babi ditanggung sendiri dan menjadi urusan pribadi dengan Allah.
Baca Juga: Usut Kasus Investasi Fiktif PT Taspen, KPK Sita Uang Rp 100 Juta Usai Geledah 4 Lokasi
"Kalau kau ambil babi, kau panggang, kau kasih kecap, itu yang dosa kau sendiri. Tapi kalau korupsi, kau makan, kau mesti kembalikan uang ini kepada orang pemiliknya," jelas UAS, dikutip dari ceramahnya yang diunggah di YouTube.
Uang yang telah dikorupsi harus dikembalikan sesuai dengan skala kerugian kasus korupsi. Adapun sebagai contoh si koruptor yang melakukan tindak rasuah berskala provinsi harus mengembalikan seluruh uangnya ke orang-orang yang ia rugikan.
"Kalau kau korupsi satu desa berarti satu desa mesti kau cari, kalau kau korupsi satu provinsi, satu provinsi mesti kau cari," tegas UAS.
Guru Gembul: Makan Babi Selesai secara Pribadi
Aktivis keagamaan Guru Gembul juga memberikan penjelasan yang senada dengan UAS. Guru Gembul kala itu diundang ke podcast Dokter Richard Lee dan menjawab soal perbandingan dosa makan babi dan dosa korupsi.
Keparahan dosa korupsi bagi Guru Gembul jauh lebih besar ketimbang dosa makan babi. Bagi Guru Gembul, dosa makan babi selesai secara pribadi.
Dosa korupsi di satu sisi tak diampuni semudah dosa makan babi karena koruptor berdosa terhadap orang lain.
"Orang mau makan babi satu kontainer, bertobat, dosanya langsung diampuni karena ditanggung pribadi," jelas Guru Gembul, dikutip Sabtu (18/1/2025).
"Orang korupsi, mau dia tahajud, puasa, dosanya gak diampuni sama Allah karena dosanya kepada orang lain," lanjutnya.
Khalid Basalamah: Sama-Sama besar
Ustaz Khalid Basalamah memberi jawaban yang berbeda dari Guru Gembul dan UAS. Khalid kala diwawancarai Deddy Corbuzier dalam sebuah siniar menegaskan bahwa ia tak ingin memilih mana yang lebih besar antara dosa korupsi dan dosa makan babi.
Ustaz dari Makassar ini menilai takaran dosa dari kedua perilaku tersebut sama-sama besar.
"Jadi kalau saya sih karena dua-duanya pelanggaran (makan babi dan korupsi), jangan dilakukan. Karena konsekuensi dua-duanya adalah hukuman," jelas Ustaz Basalamah ke Deddy Corbuzier.
Kontributor : Armand Ilham