Suara.com - Beberapa waktu terakhir, tagar #KaburAjaDulu mendadak ramai diperbincangkan di berbagai media sosial, khususnya platform X.
Tagar ini diusung oleh warganet dari berbagai kalangan, terutama yang berada di usia produktif.
Sembari menggunakan tagar #KaburAjaDulu, warganet juga membagikan kisah pribadinya, mulai dari cerita pekerjaan hingga tekanan dalam kehidupan sehari-hari.
Alhasil, tren ini pun memicu rasa penasaran publik, terutama soal makna sebenarnya di balik kampanye tersebut. Sebab, warganet tampaknya mencoba menyuarakan sesuatu yang berkaitan dengan tekanan kehidupan di era saat ini.
Baca Juga: MK Larang Edit Foto Kampanye Pakai AI Berlebihan, Wajib Tampilkan Citra Asli!
Lantas, apa arti dari kampanye #KaburAjaDulu yang sedang ramai dikampanyekan tersebut?
Tagar #KaburAjaDulu merupakan ajakan untuk mengambil jeda atau melarikan diri dari situasi yang dirasa terlalu menekan, baik urusan pekerjaan, pendidikan, lingkungan, atau rutinitas sehari-hari.
Tagar ini muncul sebagai respons dari banyaknya orang, terutama generasi produktif yang merasa terbebani oleh tuntutan hidup.
Dalam konteks ini, ada juga yang mengartikan jika kabur yang dimaksud adalah pindah kewarganegaraan karena merasa negara lain lebih menjanjikan.
Dari banyaknya cuitan yang ditulis oleh warga X, mayoritas membagikan pengalaman mereka yang sedang bekerja di negara lain, seperti Malaysia, Singapura, India, Jepang, Dubai, dan masih banyak lagi.
“Nih siapa yang mau #kaburajadulu ke Kuala Lumpur, gue pernah tinggal dan kerja di KL asli improve your life quality banget,” tulis warga X @/Saefulloh.
Mereka menceritakan jika kehidupan di luar negeri lebih layak, baik dari segi pendidikan, pekerjaan, lingkungan, hingga upah yang didapatkan.
Banyak juga yang berbagi pencapaian mereka ketika sudah “kabur” ke negara lain dengan pengetahan dan keterampilan yang dimiliki.
“Kembali #kaburajadulu ke Norway via PhD job terkhusus yg suka matematika, modeling subsurface untuk CCS. Gaji standard, NOK 520k per year, yaa after tax sekitar 40-45 juta rupiah perbulan,” cuit warga X lainnya.
Maraknya kampanye #KaburAjaDulu oleh masyarakat usia produktif secara tak langsung mengisyaratkan bahwa negara lain lebih menjanjikan untuk mengembangkan karier.
Hal ini juga ditanggapi oleh akun DW Indonesia yang menyebutkan jika banyak anak muda kecewa dengan kebijakan-kebijakan pemerintah yang membuat kondisi tanah air kurang menjamin masa depan.
Dalam video tersebut, dijelaskan bahwa sejak tahun 2019 hingga 2022, sedikitnya ada 3.912 Warga Negara Indonesia (WNI) yang pindah menjadi warga negara Singapura.
Mayoritas yang pindah kewarganegaraan tersebut berada di usia produktif antara 25 sampai 35 tahun.
Dijelaskan pula jika fenomena ini tidak bisa dianggap remeh karena Indonesia berpotensi ditinggalkan oleh masyarakat yang memiliki potensi unggul.
“Bisa jadi sesuatu yang merugikan negara jika tidak ditangani karena bisa menghambat pertumbuhan ekonomi dan inovasi suatu negara karena kehilangan sumber daya manusia unggul mereka,” keterangan di dalam video.
Kontributor : Damayanti Kahyangan