Suara.com - Nama Raffi Ahmad jadi sorotan setelah viralnya aksi arogan polisi patwal yang mengawal mobil berpelat RI 36. Dalam video itu, polisi patwal tampak menunjuk-nunjuk pengendara lain yang dianggap menghalangi laju mobil dinas tersebut.
Sejarawan JJ Rizal melontarkan kritik tajam melalui akun X pribadinya. Dalam cuitannya pada Minggu (12/1/2025), JJ Rizal menyinggung peran Raffi Ahmad yang saat ini menjabat sebagai utusan khusus Presiden Prabowo Subianto.
“Badut entertainment naik kelas bergabung dengan badut kekuasaan, republik turun kelas jadi sirkus kelas comberan,” tulisnya, dikutip dari Suara.com, Selasa (14/1/2025).
Belakangan diketahui, mobil RI 36 itu ternyata mobil dinas Raffi Ahmad. Dia pun mengaku tidak berada di dalam mobil tersebut saat peristiwa viral itu berlangsung.
Pernyataan Raffi Ahmad justru menuai lebih banyak kritik, termasuk dari para netizen yang menilai bahwa perannya sebagai pejabat malah menimbulkan masalah baru.
Menanggapi insiden ini, Polda Metro Jaya telah meminta maaf kepada publik atas perilaku arogan anggotanya. Polisi yang terlibat dalam insiden tersebut juga telah dijatuhi sanksi berupa teguran. Selain itu, Raffi Ahmad sendiri telah mendapat teguran resmi dari Seskab Mayor Teddy Indra Wijaya.
Lantas, Siapa JJ Rizal?
JJ Rizal merupakan seorang sejarawan asal Jakarta. Dia telah menorehkan kontribusi besar dalam dunia literasi dan budaya melalui penerbitan buku bertema sejarah, budaya, dan humaniora.
Sebagai pendiri Komunitas Bambu, JJ Rizal terus melestarikan sejarah Indonesia melalui berbagai karya tulis yang mendalam.
Lahir di Jakarta pada 12 Februari 1972, JJ Rizal merupakan sosok yang kental dengan identitas Betawi. Ia juga dikenal sebagai penikmat sahibul hikayat, sebuah bentuk sastra lisan yang menggambarkan cerita-cerita menarik tentang tingkah laku manusia hingga kisah jin.
Kecintaannya pada seni, termasuk seni rupa, telah menjadi fondasi kuat dalam perjalanan hidup dan karyanya.
Sejak masa sekolah menengah atas (SMA), JJ Rizal telah mempelajari seni bela diri silat sebagai upaya perlindungan diri di tengah maraknya tawuran pada masa itu.
Ia melanjutkan pendidikan tinggi di Universitas Indonesia (UI), menyelesaikan S1 pada tahun 1998 di Fakultas Sastra Indonesia dengan skripsi berjudul "Sitor Situmorang".
Setelah menyelesaikan pendidikannya, JJ Rizal mendirikan Komunitas Bambu, sebuah penerbitan yang fokus pada literatur sejarah. Selain menjadi editor, ia juga aktif menulis untuk berbagai majalah nasional dan internasional.
Salah satu pencapaiannya yang menonjol adalah menjadi kolumnis di majalah internasional berbasis di Belanda, MOESSON Het Indisch Maandblad, dari tahun 2001 hingga 2006.
Kontribusi JJ Rizal dalam dunia literasi dan budaya mendapatkan apresiasi besar. Pada tahun 2009, ia menerima Anugerah Budaya Gubernur DKI Jakarta atas karya tulisnya tentang Junghuhn.
Tahun berikutnya, ia kembali mencatat prestasi sebagai "The Best International 2010" oleh National Geographic International Magazine.
Selain itu, karyanya juga diakui oleh IKAPI Jakarta melalui penghargaan Jakarta Book Awards, yang menilai karyanya mampu "berbagi pengetahuan dan mengubah hidup melalui buku".
Keberhasilan JJ Rizal dalam melestarikan sejarah dan budaya Indonesia tidak hanya memberikan inspirasi bagi generasi muda, tetapi juga memperkaya literasi nasional dengan sudut pandang yang unik dan penuh makna.