Dampak Ekonomi Malnutrisi di Indonesia: Stunting, BBLR, dan Anemia Sebagai Ancaman Nasional

Senin, 13 Januari 2025 | 14:44 WIB
Dampak Ekonomi Malnutrisi di Indonesia: Stunting, BBLR, dan Anemia Sebagai Ancaman Nasional
ilustrasi gizi buruk [shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Malnutrisi adalah kondisi yang terjadi ketika tubuh tidak mendapatkan cukup nutrisi yang diperlukan untuk mendukung pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi tubuh yang optimal. 

Kondisi ini dapat disebabkan oleh kekurangan atau kelebihan asupan nutrisi, baik makronutrien (karbohidrat, protein, lemak) maupun mikronutrien (vitamin dan mineral). 

Malnutrisi memiliki dampak serius, bukan hanya terhadap kesehatan individu maupun masyarakat, tapi juga perekonomian, terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia. 

Disebutkan Herrio Hattu, Country Director Indonesia Nutrition International, dampak ekonomi akibat malanutrisi di Indonesia mencapai Rp 536,8 triliun setiap tahunnya atau setara dengan 2,6 persen dari pendapatan nasional bruto. 

Baca Juga: Ketua Kadin Beberkan Dampak Nyata Kerja Sama Ekonomi Indonesia-Inggris

Angka tersebut didapatkan dari penghitungan dengan menggunakan Cost of Inaction Tool yang dikembangkan Nutrition International bekerja sama dengan Limestone Analytics. 

Alat ini memberikan gambaran aktual tentang dampak kesehatan, pengembangan sumber daya manusia, dan kerugian ekonomi yang muncul jika masalah seperti stunting, berat badan lahir rendah, dan anemia tidak ditangani dengan tepat.

Untuk melihat seperti apa dampak ekonomi akibat malnutrisi di Indonesia, Herrio membaginya menjadi empat hal yang berhubungan dengan permasalahan yang timbul. Berikut penjelasannya.

1. Dampak Ekonomi Akibat Stunting di Indonesia

Di Indonesia, prevalensi stunting pada anak di bawah usia 5 tahun telah menurun dari 34,6% pada tahun 2012 menjadi 31% pada tahun 2020 (menurut estimasi terbaru per tahun 2023).

Baca Juga: Kemenperin: Kebijakan Soal Rokok Perlu Pertimbangkan Dampak Ekonomi

Setiap tahunnya, terdapat 1.383.549 kasus baru stunting di Indonesia. Total anak-anak di bawah 5 tahun yang mengalami stunting di Indonesia mencapai 6.917.745 anak. Ini menimbulkan dengan biaya ekonomi tahunan senilai 29 miliar USD.

"Rata-rata setiap kasus stunting menyebabkan hilangnya 10,8 poin IQ dan 1,5 tahun masa ajaran sekolah, yang pada akhirnya akan berdampak pada penurunan produktivitas jangka panjang," kata dia saat ditemui di Jakarta baru-baru ini.

2. Dampak Ekonomi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) 

Setiap tahun, terdapat 447.986 kasus baru BBLR di Indonesia. Rata-rata setiap kasus BBLR mengakibatkan kehilangan 10 poin IQ, yang pada akhirnya berdampak pada penurunan produktivitas jangka panjang.

"Biaya ekonomi tahunan yang ditimbukkan dari BBLR sendiri mencapai 5 miliar USD per tahun," ujar dia.

3. Dampak Ekonomi Anemia pada Anak 

Setiap tahunnya, terdapat 1.544.013 kasus baru anemia pada anak-anak di Indonesia. Secara total, terdapat 7.720.065 anak (usia 6-59 bulan) yang mengalami anemia di Indonesia. Menurut estimasi terbaru, prevalensi anemia pada anak-anak di Indonesia adalah sebesar 38,4%. 

Anemia akibat defisiensi zat besi pada anak merupakan salah satu faktor dari penurunan kemampuan kognitif dan dapat mempengaruhi prestasi anak di sekolah. Hal ini menimbulkan biaya ekonomi tahunan senilai 3,9 miliar USD per tahun.

4. Dampak Ekonomi Anemia pada Remaja Putri dan Wanita Dewasa 

Di Indonesia, prevalensi anemia pada remaja putri dan wanita (15-49 tahun) meningkat dari 27% pada tahun 2012 menjadi 31,2% pada tahun 2019 (menurut perkiraan terbaru pada 2023).

Setiap tahunnya terdapat 22.174.388 kasus baru anemia di kalangan remaja putri dan wanita (15-49 tahun), 3.388.870 kasus baru di kalangan remaja putri (15-19 tahun) dan 753.929 kasus baru di kalangan wanita hamil dan remaja putri (15-49 tahun).

Anemia karena kekurangan zat besi dapat mengurangi produktivitas di masa dewasa, sementara pada ibu hamil, kekurangan zat besi dapat meningkatkan risiko kematian dan menyebabkan masalah selama kehamilan serta kelahiran.

Kondisi ini juga memiliki dampak ekonomi yang ditimbukkan sebesar 3,9 miliar per tahun.

"Dengan data yang didapatkan dari tool ini diharapkan para pemangku kepentingan dapat memperoleh informasi berbasis data untuk memperkuat urgensi investasi dalam intervensi gizi, sekaligus memahami dampak jika masalah malnutrisi tidak segera ditangani atau semakin parah," tutup dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI