Copper Peptide dan Actosome Retinol: Mengapa Bahan Premium Skincare Ini Dijual Mahal di Indonesia?
Dua bahan aktif yang menjadi sorotan DLT adalah copper peptide dan actosome retinol serum 3%, yang belakangan ini semakin populer di kalangan konsumen Indonesia.
Suara.com - David Lee Thompson, atau yang akrab disapa DLT, seorang beauty enthusiast sekaligus praktisi berpengalaman di industri kecantikan, menilai bahwa beberapa produk skincare yang beredar di pasaran dijual dengan harga yang terlalu mahal (overprice).
Dua bahan aktif yang menjadi sorotan DLT adalah copper peptide dan actosome retinol serum 3%, yang belakangan ini semakin populer di kalangan konsumen Indonesia.
Copper peptide dikenal memiliki manfaat dalam memperbaiki kondisi kulit dengan mendukung struktur kolagen, mengurangi tampilan kerutan, dan membuat kulit lebih kencang.
Sementara itu, actosome retinol memiliki fungsi sebagai bahan aktif anti-penuaan (anti-aging) yang memicu regenerasi sel kulit baru, memperbaiki tekstur kulit, dan aman digunakan bahkan untuk kulit sensitif.
Baca Juga: 4 Produk Skincare NPURE yang Mengandung Licorice, Ampuh Mencerahkan Wajah
“Wajar saja jika konsumen di Indonesia menyambut produk dengan kedua bahan ini dengan sangat antusias. Namun, sayangnya banyak produsen, termasuk maklon, yang menjual produk berbahan baku ini dengan harga yang terlalu tinggi. Akibatnya, manfaat produk tersebut tidak dapat diakses oleh semua kalangan,” ungkap DLT dalam siaran pers yang Suara.com terima baru-baru ini.
Menurut pria kelahiran Palembang, 15 Mei 1987 itu harga serum copper peptide di pasaran berkisar antara Rp500 ribu hingga Rp1 juta untuk ukuran 30 ml, sementara ukuran 20 ml dibanderol sekitar Rp400 ribu hingga Rp800 ribu.
DLT juga menjelaskan bahwa dengan harga jual Rp100 ribu hingga Rp200 ribu per produk, produsen sudah mendapatkan margin keuntungan yang cukup.
Hal serupa juga berlaku untuk actosome retinol serum 3%. Ia melihat produk actosome retinol dijual dengan harga sekitar Rp250 ribu. Padahal, jika mempertimbangkan seluruh biaya produksi, kata DLT, harga jual di kisaran Rp100 ribu hingga Rp130 ribu sudah bisa memberikan keuntungan yang cukup baik.
“Masalahnya bukan hanya pada produk lokal, tetapi juga produk internasional yang dijual dengan harga sangat tinggi, padahal biaya produksinya tidak setinggi itu,” tambahnya.
Baca Juga: 5 Skincare Pratista yang Berbahan Oat untuk Skin Barrier dan Cerahkan Kulit
Praktik Overpricing dan Dampaknya pada Pasar Skincare
DLT menjelaskan bahwa praktik seperti ini memberikan dampak signifikan terhadap pasar, salah satunya adalah munculnya produk palsu atau tiruan.
Selain itu, banyak brand yang tergoda melakukan klaim berlebihan (overclaim) dengan menggunakan bahan baku yang lebih murah atau tidak memenuhi standar keamanan. Kondisi ini kemudian berujung pada menurunnya kepercayaan konsumen (trust issue).
"Fenomena ini merugikan konsumen, baik dari segi finansial maupun kesehatan. Saya sering mendengar cerita tentang konsumen yang mengalami iritasi atau bahkan kerusakan kulit karena menggunakan produk yang ternyata tidak sesuai dengan klaimnya," tambah DLT.
Melihat kondisi ini, DLT memiliki visi untuk menciptakan ekosistem produk skincare yang lebih terjangkau dan aman untuk semua kalangan. Melalui brand terbarunya, Skinberries, ia bercita-cita menghadirkan produk-produk berkualitas tinggi dengan harga yang lebih rasional.
"Kami ingin mengedukasi masyarakat bahwa skincare yang baik tidak harus selalu mahal. Yang terpenting adalah bahan bakunya efektif, aman, dan memberikan manfaat nyata bagi kulit," jelasnya.
Sebagai seorang tokoh yang peduli terhadap konsumen, DLT juga memberikan beberapa saran untuk melindungi diri dari produk skincare yang berbahaya.
"Pertama, baca label produk dengan teliti. Pastikan produk tersebut sudah terdaftar di BPOM agar lebih terjamin keamanannya. Kedua, jangan mudah tergiur oleh iklan yang menjanjikan hasil instan, karena perubahan pada kulit membutuhkan waktu. Ketiga, konsultasikan dengan dokter kulit sebelum mencoba produk baru, terutama jika Anda memiliki kulit sensitif atau kondisi tertentu," ujarnya.
Ia juga menambahkan bahwa melakukan riset sebelum membeli produk, baik melalui ulasan pelanggan maupun sumber terpercaya, adalah langkah bijak yang harus dilakukan konsumen. DLT mengajak seluruh masyarakat untuk lebih waspada dalam memilih produk skincare.
"Kita perlu menjadi konsumen yang cerdas, tidak hanya tertarik pada brand viral atau ternama saja, tetapi juga mempertimbangkan nilai dan manfaat produk yang kita beli. Pilih produk yang memiliki keseimbangan antara money to values, sehingga uang yang kita keluarkan sebanding dengan manfaat yang kita dapatkan," tutupnya.
Dengan komitmen untuk membawa perubahan positif di industri kecantikan, DLT berharap Skinberries dapat menjadi solusi bagi konsumen yang mencari produk berkualitas tinggi dengan harga terjangkau.
Kini, saatnya konsumen mengambil peran aktif untuk memastikan bahwa produk yang digunakan benar-benar aman dan efektif.