Di Barcelona, ketajaman Patrick mencapai puncaknya. Meski tak pernah menyabet gelar top skor La Liga, dia selalu meramaikan persaingan perburuan pencetak gol terbanyak.
Sedangkan dalam kiprah di tim nasional, Patrick sempat jadi striker utama tim Belanda. Dia adalah pencetak gol terbanyak Euro 2000 ketika Belanda harus gigit jari karena kalah dalam babak semifinal.
Di usia 28 tahun, Patrick menjajal kerasnya persaingan Liga Inggris bersama Newcastle United namun penampilannya justru makin menurun. Dia berpindah-pindah klub dan tak lagi bisa tampil setajam saat di Barcelona.
Patrick yang kemudian pensiun di usia 32 tahun kemudian langsung memulai karier kepelatihan. Setelah beberapa kali jadi pelatih striker dan asisten pelatih di sejumlah klub, dia mendapat kesempatan luar biasa jadi asisten pelatih timnas Belanda di bawah Louis van Gaal.
Setelah ambil bagian mengantar Belanda meraih peringkat tiga di Piala Dunia 2014, Patrick tak punya momentum untuk benar-benar melejit di karier kepelatihan. Pada tahun 2015, dia sempat menangani Curacao dan namanya dianggap cukup berhasil mengangkat performa Curacao.
Patrick kemudian ditunjuk sebagai Direktur Sepak Bola Paris Saint-Germain (PSG) dan Barcelona, serta melatih tim Ajax A1 (U-19). Tetapi namanya tidak benar-benar bersinar, begitu juga karier kepelatihannya yang malah kembali tak tentu arah.
Dia juga sempat menemani Clarence Seedorf sebagai asisten pelatih timnas Kamerun, pelatih interim Curacao di 2021 hingga klub Turki Adana Demirspor di 2023. Kekinian, nama Patrick Kluivert jadi sosok terdepan yang diyakini jadi calon pelatih Timnas Indonesia.
Kontributor : Trias Rohmadoni
Baca Juga: Tunjuk Patrick Kluivert Jadi Pelatih, Aroma Belanda Kian Kental di Timnas Indonesia?