Suara.com - Dunia musik Indonesia kembali berduka. Maestro musik Batak, Jack Marpaung meninggal dunia pada usia 76 tahun. Informasi ini pertama kali disampaikan oleh musisi Posan Tobing melalui unggahan di akun Instagram pribadinya pada Minggu malam (5/1/2025).
"Indonesia khususnya penikmat musik Batak sangat kehilangan. Hari ini sang maestro musik Batak, Ps. Jack Marpaung, meninggal dunia. Beliau adalah ayah dari @novitadewi dan mertua dari @alexhuta7ulu," tulis Posan Tobing melalui akun Instagram-nya, @posantobing.
Dalam unggahan tersebut, Posan juga mengungkapkan rasa bangganya pernah terlibat dalam konser penghormatan "Tribute to Jack Marpaung" bersama rekannya, Bona Eriel.
Jack Marpaung dikenal sebagai sosok yang berjasa besar dalam memperkenalkan dan melestarikan musik Batak ke kancah nasional dan internasional.
Karya-karyanya, seperti "Kamar 13," "Surat Narara," dan "Didia Rokkaphi," tidak hanya populer di kalangan masyarakat Batak, tetapi juga mendapat tempat di hati masyarakat Indonesia secara luas.
"Turut berduka cita sedalam-dalamnya. Semoga keluarga yang ditinggalkan selalu diberikan ketabahan dan penghiburan. Siapa yang percaya kepada-Nya, upahnya adalah di Surga," tulis Posan dalam unggahannya.
Perjalanan Hidup Jack Marpaung
Jack Marpaung merupakan musisi Batak legendaris. Dia lahir di Porsea, Toba, Sumatera Utara, pada 14 April 1948. Masa mudanya diwarnai kehidupan keras sebagai preman jalanan, namun kecintaannya pada musik mengubah arah hidupnya.
Di era 1980-an, Jack Marpaung mulai dikenal sebagai penyanyi dengan suara khas yang memukau. Ia bergabung dalam Trio Lasidos bersama Bunthora Situmorang dan Hilman Padang, menghasilkan banyak lagu hits seperti “Kamar 13,” “Surat Narara,” dan “Didia Rokkaphi.”
Lagu-lagu tersebut tidak hanya digemari masyarakat Batak, tetapi juga mendapat tempat di hati penggemar musik nasional dan mancanegara. Jack Marpaung berhasil menjadikan musik Batak diterima secara luas dengan perpaduan elemen tradisional dan modern.
Selama lebih dari tiga dekade, Jack Marpaung aktif mempopulerkan musik Batak. Ia tidak hanya menciptakan lagu, tetapi juga memainkan alat musik tradisional seperti gondang, kecapi, dan seruling. Penampilannya di berbagai acara budaya memperkenalkan musik Batak ke panggung nasional dan internasional.
Pada 12 Agustus 2023, konser tribute untuk Jack di Menara Kuningan menjadi bukti nyata betapa besar warisannya di dunia musik. Posan Tobing, seorang musisi yang pernah bekerja dengannya, menyebut karya-karya Jack sebagai “warisan tak lekang oleh waktu.”
Jack Marpaung Memilih Jalan Spiritual sebagai Pendeta
Pada tahun 2014, Jack Marpaung memutuskan untuk pensiun dari dunia musik dan mendedikasikan hidupnya sebagai pendeta di Gereja Bethel Indonesia, Medan.
Keputusan ini diambil setelah melewati berbagai cobaan hidup, termasuk masalah kesehatan dan keuangan. Ia merasa terpanggil untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan berbagi kesaksian hidupnya yang penuh perjuangan.
Jack sering membagikan pengalaman hidupnya sebagai inspirasi, menunjukkan bahwa kesuksesan tidak hanya diukur dari pencapaian duniawi, tetapi juga dari kedamaian spiritual.
Jack Marpaung menikah dengan Anita Lusiana Silalahi dan dikaruniai empat anak, salah satunya adalah Novita Dewi, runner-up X Factor Indonesia. Keluarganya menjadi bagian penting dalam hidupnya, terutama saat ia menjalani peran baru sebagai pendeta.
Meski sibuk, Jack selalu mengutamakan keluarga, menjadi figur panutan bagi anak dan cucunya. Lagu-lagu ciptaannya, seperti “Surat Narara” dan “Kamar 13,” terus dinyanyikan hingga kini, menginspirasi musisi muda untuk melestarikan budaya Batak melalui musik.