Suara.com - Vonis yang dijatuhkan hakim Eko Aryanto terhadap terdakwa korupsi Harvey Moeis menuai kritik tajam. Bahkan anggota DPR RI sekaligus politikus Rieke Diah Pitaloka turut memberikan sindiran dengan mengutip ceramah KH Zainuddin MZ.
Hakim menyatakan kasus korupsi komoditas timah yang menyeret nama Harvey Moeis menyebabkan kerugian negara sebesar Rp300 triliun. Namun, suami Sandra Dewi itu hanya dijatuhi hukuman 6,5 tahun penjara dan denda Rp1miliar subsider enam bulan kurungan.
Vonis ini dianggap terlalu ringan, tak sebanding dengan kerugian yang dialami negara. Rieke Diah Pitaloka pun membagikan video sentilan lewat media sosial pribadinya.
Video itu menampilkan sosok Hakim Eko Aryanto, si pemberi vonis ke Harvey. Namun, latar audionya merupakan suara dari cuplikan ceramah mendiang KH Zainuddin MZ tentang penegak hukum yang bermental seperti anjing.
Lantas seperti apa isi ceramah tersebut?
Suara.com mencoba menelusuri audio serupa dengan yang ditampilkan dalam postingan Rieke di YouTube. Ditemukan sejumlah video tentang ceramah KH Zainuddin dengan versi lebih panjang.
Ditilik dari YouTube Belajar Islam TV, isi khotbah Kiai Haji Zainuddin MZ itu dinarasikan membahas tentang Pemimpin Seperti Singa.
Pendakwah kondang tersebut awalnya mengutip hadist Rasulullah yang memiliki arti pada suatu saat akan muncul di tengah masyarakat pemimpin yang bertingkah laku seperti singa hingga memberikan imbas kepada para bawahannya termasuk penegak hukum yang juga memiliki perilaku bagai binatang.
Berikut isi lengkap videonya:
Baca Juga: Yang Diungkap Hacker Soal Hakim Harvey Moeis, Eko Aryanto
Saudara-saudara kenal singa? kalian boleh periksa, di mana ada hutan singa selalu menjadi raja. Padahal hutan belum pernah bikin pemilihan umum, tapi yang namanya singa tidak pernah peduli, ada pemilihan umum atau tidak, raja hutan tetap singa.
Kenapa? karna singa jadi raja hutan bukan karena kebenaran, tapi karena kuat. Maka dia naik jadi raja, soal benar atau tidak, soal lain. Akibatnya, setelah naik jadi raja hutan, singa tidak melindungi rakyatnya tapi malah makan rakyatnya. Coba kalian lihat, kambing, ayam, sapi rakyat hutan dimakan singa.
Inilah akibatnya kalau singa naik berdasarkan kekuatan. Bukan melindungi malah makan rakyatnya. Mental seperti inilah yang dimiliki oleh Raja Namrud laknatullahalaihi. Cuma karena ketakutan akan datang orang yang menumbangkan kekuasaannya, maka seluruh bayi laki-laki dibunuh tanpa dosa.
Kalau yang jadi pemimpin sudah seperti singa, yang wazir, yang jadi menteri kata Nabi lakunya seperti serigala. Nyetel ini. Apa serigala itu? saudara tahu dalam bayangan anak-anak serigala binatang paling licik, untuk terang-terangan dia tak berani karena tak memiliki kekuatan seperti singa, maka dia pakai ilmu kelicikannya
Serigala itu kalau makan daging ayam nyaru pakai bulu ayam, mau makan kambing nyaru pakai bulu kambing. Serigala adalah binatang yang menghalalkan segala cara asal tujuannya tercapai. Itulah serigala lambang dari sifat kelicikan. Lempar batu sembunyi tangan.
Ini akibat pemimpin seperti singa, menteri seperti serigala. Efeknya yang menyusul apa? akan muncul penegak hukum yang mentalnya seperti anjing. Innalillahi wainna ilahi rajiun.
Saudara lihat, anjing akan setia kepada siapa saja yang memberinya daging. Kalau dia disuruh jaga rumah, dia tidak bisa membedakan mana yang maling, mana yang tamu.
Biar yang datang tamu tapi tak bawa apa-apa pasti digonggong. Biar yang datang maling, kalau bawa daging, anjing kalem. Pokoknya 'Siapa yang memberi daging, itu majikan saya. Apa yang dikatakan majikan saya, itu yang saya laksanakan'. Maka hilang kebenaran hukum, hancur norma-norma keadilan oleh karena anjing dapat daging.
Lalu dalam kondisi semacam itu, rakyat bagaimana? Kata Nabi: "Adapun kebanyakan orang pada masa itu, lakunya sudah seperti kambing".
Kambing itu binatang yang menang keroyokan dan tidak punya altenatif. Namanya kambing, digiring ke lapangan, digiring ke kuali, dikasih makan rumput mbek. Sampai mau dipotong masih mbek juga.
Tidak punya pilihan atau alternatif lain si kambing ini. Kondisi inilah yang terjadi di masa pemerintahan Raja Namrud laknatullah alaihi.