Suara.com - Istilah Strawberry parenting muncul usai pola asuh Baim Wong dan Paula Verhoeven pada anak belakangan ini mejadi sorotan publik. Hal ini berawal dari sang putra sulung, Kiano Tiger Wong yang masih berusia 5 tahun blak-blakan mencurahkan isi hatinya pada baby sitter soal perbedaan pola asuh Baim dan Paula.
Kiano dengan polos menceritakan bahwa dirinya merasa lebih bebas ketika bersama Baim Wong seperti boleh berteriak-teriak, makan makanan manis hingga liat kebakaran. Usut punya usut, hal-hal yang diperbolehkan oleh Baim itu rupanya dilarang oleh Paula. Diketahui kini Paula dan Baim sedang dalam proses cerai.
Sementara itu gaya parenting Baim Wong yang membebaskan atau memanjakan sang anak dalam berbagai hal itulah yang disebut strawberry parenting. Lantas apa itu sebenarnya strawberry parenting? Simak penjelasan berikut ini.
Apa Itu Strawberry Parenting?
Strawberry parenting merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan gaya pengasuhan yang sangat protektif dan memanjakan anak. Istilah ini terinspirasi dari buah stroberi yang mudah rusak dan membutuhkan penanganan yang sangat hati-hati.
Baca Juga: Kiano Bandingkan Pola Asuh Paula Verhoeven dengan Baim Wong: Sama Mama Gak Boleh
Orang tua dengan pola asuh ini cenderung memberikan segala yang diinginkan anak tanpa batasan, sehingga anak tumbuh menjadi individu yang sangat sensitif dan sulit beradaptasi dengan tantangan hidup.
Strawberry parenting pun akhirnya melahirkan generasi strawberry. Diketahui istilah ini berasal dari Taiwan yang menggambarkan generasi baru yang dianggap lemah dan rapuh, mirip dengan sifat buah stroberi.
Generasi strawberry dikenal kreatif, namun sering kali mudah menyerah dan cepat tersakiti. Orang tua yang menerapkan pola asuh ini cenderung membuat anak-anak jadi lebih rentan pada stres dan tantangan hidup.
Anak-anak yang diasuh dengan strawberry parenting umumnya tidak mempunyai ketahanan mental yang baik sehingga mereka lebih mudah terpengaruh tekanan di sekitar. Strawberry parenting ini sering kali ditandai dengan pemberian fasilitas yang melebihi kebutuhan dasar serta menciptakan zona nyaman yang dapat menghambat perkembangan karakter anak.
Dalam praktiknya, orang tua yang menerapkan strawberry parenting sering menjadikan anak sebagai pusat perhatian. Mereka juga memberikan segala yang diinginkan anak tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjang yang mungkin ditimbulkan.
Baca Juga: Kini Putuskan Cerai, Ini Sederet Perilaku Baim Wong ke Paula Verhoeven yang Dibilang Red Flag
Serba-Serbi Strawberry Parenting
Ada ciri-ciri strawberry parenting yang bisa terlihat, di antaranya:
- Perlindungan Berlebihan: Orang tua akan berusaha melindungi anak dari segala bentuk kegagalan atau ketidaknyamanan
- Pemenuhan Semua Keinginan: Anak selalu mendapatkan apa yang diinginkan, tanpa perlu berusaha atau bersabar
- Kurang Disiplin: Batasan dan aturan yang tegas jarang diterapkan, sehingga anak bebas melakukan apapun yang mereka inginkan
- Kurang Memberikan Tanggung Jawab: Anak tidak diajarkan untuk bertanggung jawab atas tindakan mereka sendiri
Beberapa dampak yang muncul akibat strawberry parenting antara lain:
- Ketahanan Mental Lemah: Anak akan kesulitan menghadapi kegagalan dan tekanan
- Sulit Beradaptasi: Anak sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru atau perubahan
- Manja dan Egois: Anak cenderung mementingkan diri sendiri dan sulit bekerja sama dengan orang lain
- Kurang Termotivasi: Anak kurang memiliki motivasi untuk mencapai tujuan karena selalu dimudahkan
Alasan strawberry parenting berbahaya diterapkan pada anak:
- Menghambat Pertumbuhan: Anak tidak memiliki kesempatan untuk belajar dari kesalahan dan mengembangkan keterampilan hidup yang penting
- Memperburuk Hubungan Sosial: Anak kesulitan membangun hubungan yang sehat dengan orang lain karena kurangnya empati dan kemampuan bersosialisasi
- Menyebabkan Masalah Mental: Anak yang tumbuh dalam lingkungan yang terlalu melindungi cenderung mengalami kecemasan, depresi dan masalah kejiwaan lainnya.
Strawberry parenting mungkin terlihat seperti cara yang baik untuk menunjukkan kasih sayang kepada anak, namun pada kenyataannya pola asuh ini justru dapat merugikan anak dalam jangka panjang.
Orang tua memang perlu memberikan kasih sayang yang cukup, tetapi juga anak harus diajarkan untuk mandiri, bertanggung jawab, dan siap menghadapi tantangan hidup.
Kontributor : Trias Rohmadoni