PTSD atau gangguan stres pascatrauma adalah gangguan mental yang muncul setelah seseorang mengalami atau menyaksikan peristiwa traumatis. Gangguan ini seringkali memengaruhi kehidupan sehari-hari, baik dalam hubungan sosial maupun pekerjaan.
Mengutip dari laman resmi alodokter, PTSD dapat terjadi pada siapa saja, termasuk mereka yang pernah mengalami perang, kecelakaan, atau bencana alam.
Penderita PTSD kerap teringat kembali pada kejadian traumatis yang dialami, baik dalam bentuk mimpi buruk maupun flashback. Hal ini dapat menyebabkan tekanan emosional yang serius.
Faktor seperti kurangnya dukungan sosial, riwayat gangguan mental, dan pengalaman traumatis masa lalu dapat meningkatkan risiko seseorang terkena PTSD.
Gejala utama PTSD meliputi:
- Ingatan terhadap peristiwa traumatis, seperti mimpi buruk atau flashback.
- Kecenderungan untuk menghindar, termasuk menghindari tempat atau orang yang mengingatkan pada trauma.
- Pemikiran dan perasaan negatif, seperti menyalahkan diri sendiri atau merasa putus asa.
- Perubahan perilaku, seperti mudah marah, sulit tidur, atau kesulitan berkonsentrasi.
Pada anak-anak, gejala PTSD dapat muncul melalui permainan yang mereplikasi peristiwa traumatis atau ketakutan berlebihan untuk berpisah dari orang tua.
Belum diketahui secara pasti mengapa peristiwa tertentu menyebabkan PTSD pada sebagian orang. Namun, beberapa faktor yang berkontribusi meliputi:
- Pengalaman traumatis, seperti perang, kecelakaan, atau pelecehan seksual.
- Faktor genetika, seperti riwayat gangguan mental dalam keluarga.
- Kurangnya dukungan sosial, termasuk dari keluarga atau teman.
- Kondisi tertentu, seperti pekerjaan di zona konflik atau kecanduan alkohol.
Orang dengan risiko tinggi, seperti tentara atau pekerja medis di zona perang, memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami PTSD.