Berita duka datang dari dunia aviasi Korea Selatan dikarenakan pesawat Jeju Air Boeing 737-800 mengalami kecelakaan di Bandara Internasional Muan pada hari Minggu, 29 Desember 2024.
Suara.com - Jeju Air dengan nomor penerbangan Flight 7C 2216 ini diketahui terbang dari Bangkok dengan membawa 175 penumpang serta enam awak kabin. Setelah melalui proses evakuasi, semua penumpang dan awak kabin dinyatakan tewas, kecuali dua pramugari yang berada di bagian sayap.
Spesifikasi pesawat Jeju Air
Pesawat Jeju Air merupakan jenis Boeing 737-800 varian 737NG atau nex-generation buatan Amerika Serikat. Ini merupakan jenis pesawat terpopuler untuk maskapai penerbangan.
Mengutip dari laman Boeing jenis pesawat Jeju Air ini memiliki konfigurasi dua kelas dengan kapasitas penumpang 178 orang. Sementara itu, kapasitas penumpangnya adalah 189 orang.
Pesawat Boeing 737-800 ini memiliki panjang 39,5 meter, bentangan sayap 35,8 meter, dan tinggi 12,5 meter. Jeju Air dapat beroperasi dengan mesin CFM-56 dengan jangkauan 3.500 nmi/6.480 km.
Harga Jeju Air
Jeju air termasuk salah satu penerbangan yang menyediakan harga rendah hingga tinggi. Harga penerbangan Jeju Air dari Thailand ke Korea diperkirakan berkisar pada harga Rp8.000.0000.
Sementara itu, harga saham Jeju Air diketahui turun hingga 8,4 persen setelah mengalami kecelakaan.Ini adalah harga saham terendah sejak Jeju Air melantai di bursa saham sejak tahun 2015 lalu.
Baca Juga: Insiden Jeju Air Kedua: Boeing 737-800 Kembali ke Seoul Setelah Masalah Roda Pendaratan
Penyebab kecelakaan Jeju Air
Sampai saat ini dugaan penyebab kecelakaan Jeju Air adalah tabrakan dengan burung (birdstrike) beberapa saat sebelum mendarat dan cuaca buruk. Dilaporkan pula bahwa satu menit setelah laporan birdstrike, pilot berteriak mayday sebagai tanda bahaya.
Kotak hitam atau black box pesawat saat ini sudah ditemukan dan tengah ditelaah lebih lanjut untuk mengetahui penyebab pastinya.
Kementerian Pertahanan, Infrastruktur, dan Transportasi Korea juga merilis pernyataan terkait kronologi landasan pacu. Menara pengawas disebut sempat memberi peringatan tabrakan burung pada pilot.
Peringatan itu membuat Jeju Air sempat mencoba mendarat lagi di landasan. Namun, akhirnya tidak berhasil karena pesawat justru mendarat tanpa roda.
“Butuh rangkaian peristiwa yang benar-benar katastropik untuk menyebabkan kehilangan nyawa sebesar ini,” ujar Philip Butterworth, konsultan penerbangan pada AFP.
Kontributor : Hillary Sekar Pawestri