Kisah Delisa, Penyintas Tsunami Aceh 2004 yang Kehilangan Ibu dan Kaki Kirinya

Kamis, 26 Desember 2024 | 18:38 WIB
Kisah Delisa, Penyintas Tsunami Aceh 2004 yang Kehilangan Ibu dan Kaki Kirinya
Delisa dulu dan kini (kolase)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sudah 20 tahun berlalu, ingatan tentang dahsyatnya tsunami Aceh masih tak lekang dari ingatan Delisa Fitri Ramadhani. Ia menjadi salah satu penyintas tsunami Aceh 2004 lalu hingga kehilangan satu kakinya. 

Peristiwa bersejarah itu terjadi di hari Minggu pagi, 26 Desember 2004. Kala itu, warga Aceh masih berkegiatan seperti biasa, hingga mulanya terjadi gempa berkekuatan 9,3 skala Richter tepat pulul 07.58 WIB. 

Saat gempa pertama terjadi, masyrakat berhamburan ke luar rumah dengan wajah panik. 

Delisa yang saat itu tinggal pesisir pantai Ulee Lheu, Banda Aceh melihat banyak warga bernodong-bondong menuju arah laut usai gempa pertama. Pasalnya usai gempa, air surut dan ikan-ikan loncat ke permukaaan. 

Baca Juga: 21 Hari Bertahan di Lautan, Martunis Anak Angkat Ronaldo Ungkap Kisah Pilu saat Tsunami Aceh

Hal ini yang membuat banyak warga mendekati pantai untuk menangkap ikan. Delisa yang kala itu tinggal bersama ibu dan kakaknya memilih tetap berada di depan rumah, sementara ayahnya sedang berada di luar kota. 

Delisa kecil dan ayahnya. (Foto: Instagram)
Delisa kecil dan ayahnya. (Foto: Instagram)


Selang 10 hingga 15 menit dari gempa pertama, Aceh kembali diguncang gempa kedua. Guncangan kedua ini diikuti dengan gelombang tsunami yang muntah usai air laut surut. 

Muncul dalam sekejap, air laut yang muntah dengan ketinggian mencapai 30 menter itu menjadi momen terakhir Delisa bertemu dengan ibu dan kakaknya. 

"Yang paling Delisa ingat, saat terkena gelombang (laut) itu adalah momen terakhir bertemu dengan ibu Delisa," ujar Delisa seperti dikutip dari Antara, Kamis (26/12/2024). 

Delisa sendiri terseret gelombang tsunami dan terdampar hingga 8 kilometer dari rumahnya. Delisa ditemukan di kawasan Lamteumen, Banda Aceh dalam keaadaan pingsan dan pakain yang sudah tanggal. 

Baca Juga: Gempa Sukabumi, BMKG Pastikan Tidak Berpotensi Tsunami, Namun Waspadai Gempa Susulan

Kaki bocah yang kala itu masih berusia 7 tahun tersebut terluka parah lantaran tersangkut di batang pohon kelapa. 

"Kaki saya tersangkut di batang pohon kelapa yang sudah tumbang,” kenangnya. 

Delisa sendiri ditemukan oleh warga bernama Didi. Mulanya Delisa dikira sudah meninggal dunia, namun tubuhnya bergerak saat diangkat. 

Perempuan kelahiran 1997 itu kemudian dievakuasi ke Rumah Sakit Fakinah. Dengan fasilitas apa adanya di rumah sakit yang lumpuh, kaki kiri Delisa semaki memburuk. 

Delisa kemuidan harus menjalani amputasi di RS Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh pada hari kelima pascatsunami. 

“Dalam kurun waktu 6 bulan, saya menjalani tiga kali amputasi,” tutur Delisa. 


Delisa baru bertemu ayahnya di hari kelima, saat akan menjalani proses amputasi kaki yang pertama. Sementara ibu dan kakaknya meninggal akibat bencana tragis tersebut. 

Kini sudah 20 tahun berlalu, Delisa mulai bangkit dari persitiwa traumatis tersebut. Ia sudah lulus dari Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Sabang (STIES) dan bekerja di sebuah bank di Aceh. 

Delisa kini tinggal di daerah pegunungan  Ujoeng Batee, Aceh Besar, bersama ibu sambungnya usai sang ayah meninggal pada 2015 lalu. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI