Suara.com - Nama Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UIN Makassar) tercoreng oleh ulah salah satu dosennya, bernama Andi Ibrahim.
Pria yang juga menjadi Kepala Perpustakaan UIN Makassar ini ditangkap polisi karena terlibat kasus pembuatan uang palsu.
Tidak tanggung-tanggung, Andi sampai membeli mesin pencetak uang palsu senilai Rp600 juta demi memuluskan niatnya maju di Pilkada Barru 2024.
Mesin cetak seberat 2-3 ton itu didatangkan Andi dari Tiongkok lalu dimasukkan ke Makassar melalui Surabaya.
Kapolres Gowa AKBP Reonald Simanjuntak mengatakan mesin ini lolos ke Kampus UIN Alauddin karena diizinkan Andi Ibrahim yang menjabat kepala perpustakaan.
Apa yang Andi Ibrahim lakukan ini tentu membuat nama baik UIN Makassar, sebagai salah satu kampus terbaik di Sulawesi Selatan, rusak.
Profil UIN Alauddin Makassar
Sebelum dikenal dengan nama UIN Alauddin Makassar, kampus ini di tahun 1962 masih bernama Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Alauddin Makassar. Ketika itu IAIN Alauddin masih berstatus fakultas cabang dari IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Nama “Alauddin” sendiri diambil dari nama raja Kerajaan Gowa yang pertama memuluk Islam dan memiliki latar belakang sejarah pengembangan Islam di masa silam.
Baca Juga: Segini Gaji Andi Ibrahim sebagai Dosen ASN, Dalang Sindikat Uang Palsu UIN Makassar
Tanggal 10 Nopember 1965 IAIN Alauddin Makassar berstatus mandiri dengan nama Institut Agama Islam Negeri Al-Jami'ah al-Islamiyah al-Hukumiyah di Makassar dengan Keputusan Menteri Agama Nomor 79 tanggal 28 Oktober 1965. Saat itu baru ada tiga fakultas yaitu Fakultas Syari'ah, Fakultas Tarbiyah dan Fakultas Ushuluddin.