Suara.com - Nama Ustaz Abdul Somad atau UAS kembali jadi perbincangan. Kali ini, UAS menjadi perhatian lantaran ucapannya di salah satu kajian yang menyebutkan bahwa perayaan Hari Ibu merupakan tradisi kafir dan bukan kebiasaan orang Islam.
Di lain hal, mengulas kekayaan UAS pun menjadi hal menarik. Sebab, UAS dikelan sebagai salah satu pemuka agama paling populer dan berpangaruh di Indonesia. Lantas, seberapa kaya UAS?
Selain aktif berdakwah, UAS juga menjalani berbagai aktivitas lain, termasuk menjadi konten kreator dan pebisnis. Meski memiliki sejumlah sumber penghasilan, UAS tetap memilih menjalani hidup sederhana.
Salah satu sumber utama kekayaan Ustaz Abdul Somad adalah platform YouTube. Kanal "Ustadz Abdul Somad Official," yang didirikan pada Juni 2019, kini memiliki lebih dari 3,94 juta subscribers.
UAS telah mengunggah lebih dari 2.000 video yang mendatangkan penghasilan mencapai Rp 1,6 miliar setiap bulan.
Kesuksesan ini tidak hanya mencerminkan popularitas UAS sebagai pendakwah, tetapi juga sebagai konten kreator Islami yang berhasil menarik perhatian jutaan orang. Berkat YouTube, Ustaz Abdul Somad mampu memperluas dakwahnya hingga ke berbagai penjuru dunia.
Selain dari YouTube, Ustaz Abdul Somad juga memiliki sejumlah bisnis berbasis Islami. Salah satu usaha andalannya adalah Toko Buku Amanah yang menjual berbagai literatur Islam. Toko ini menjadi salah satu sumber penghasilan tambahan yang mendukung kiprah UAS di dunia dakwah.
Tak hanya itu, UAS juga mendirikan "UAS Original Store," sebuah usaha yang menjual berbagai produk busana muslim, seperti jilbab syar'i, pakaian gamis untuk wanita, peci, celana muslim, kaos, kemeja koko, dan tas untuk pria. Produk-produk ini tidak hanya diminati oleh masyarakat Indonesia tetapi juga dikenal hingga ke luar negeri.
Dalam berbagai ceramahnya, Ustaz Abdul Somad sering menegaskan bahwa harta dan jabatan bukanlah ukuran kebahagiaan sejati.
"Nikmat terbesar bagi kita bukan kaya, karena banyak orang yang kaya tapi harta tak bisa menolong di hadapan Allah," ujar UAS dalam salah satu ceramahnya yang dikutip dari kanal YouTube Jalan Hijrah, Rabu (27/9/2023).
Menurutnya, kenikmatan sejati manusia adalah memiliki hubungan yang dekat dengan Allah. "Kemuliaan itu terletak pada Allah. Ya Allah, jadikanlah akhir kalam kami ketika ajal sampai, ucapan terakhir yang keluar dari mulut adalah laa ilaha illallah," katanya.
Pandangan UAS Soal Perayaan Hari Ibu
Peringatan Hari Ibu yang jatuh pada tanggal 22 Desember selalu menjadi momen istimewa di Indonesia. Banyak orang merayakan hari ini dengan memberikan hadiah dan ucapan kasih sayang kepada sang ibu.
Lantas, bagaimana sebenarnya pandangan Islam mengenai peringatan Hari Ibu?
Ustaz Abdul Somad (UAS) memberikan penjelasan yang cukup tegas terkait hal ini. Dalam salah satu ceramahnya yang viral di TikTok, UAS menjawab pertanyaan seorang jemaah terkait hukum memperingati Hari Ibu.
Menurut UAS, merayakan Hari Ibu merupakan tradisi yang tidak sesuai dengan ajaran Islam karena dianggap meniru budaya non-Muslim.
“Saya tidak ingat hari ini Hari Ibu. Orang yang ikut tradisi orang kafir maka kafirlah dia,” kata UAS.
Ia menekankan bahwa memuliakan ibu dalam Islam seharusnya dilakukan setiap hari, bukan hanya pada tanggal tertentu.
UAS menjelaskan bahwa menurut para ulama, memperingati Hari Ibu hukumnya haram. Tradisi seperti ini dianggap sebagai bentuk tasyabbuh (menyerupai) tradisi non-Muslim.
UAS juga mengingatkan bahwa Islam telah mengajarkan cara terbaik untuk memuliakan ibu. Ia mengutip hadis yang menekankan pentingnya berbakti kepada ibu, "Ummuka, Ummuka, Ummuka" (Ibumu, ibumu, ibumu).
Menurutnya, memuliakan ibu adalah dengan merawat dan menjaganya setiap saat, bukan hanya di hari tertentu.
Selain itu, ia mengingatkan bahaya meniru tradisi lain seperti Valentine, April Mop, hingga Hari Ibu. Menurutnya, ini adalah langkah mengikuti budaya yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Di sisi lain, pandangan berbeda datang dari Syekh Ali Jum’ah Muhammad, Mufti Besar Mesir. Ia menyatakan bahwa memperingati Hari Ibu tidak melanggar syariat selama tujuannya untuk memuliakan ibu.
“Memuliakan ibu, termasuk melalui peringatan khusus, tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Ini adalah bentuk penghormatan dan kebaikan kepada ibu yang diperbolehkan,” jelasnya dalam salah satu fatwanya.
Peringatan Hari Ibu tetap menjadi perdebatan di kalangan ulama. Bagi sebagian, seperti UAS, ini adalah tradisi yang tidak sesuai dengan Islam.
Namun, bagi ulama lainnya, memperingati hari ini dapat menjadi sarana untuk meningkatkan penghormatan kepada ibu, selama dilakukan sesuai dengan nilai-nilai Islam.