Suara.com - Puluhan bajingan melakukan aksi demo di kawasan Tugu Jogja pada Senin (23/12/2024). Aksi ini merupakan bagian dari unjuk rasa korban apartemen Malioboro City. Informasi tentang bajingan demo ini nyaris saja menuai salah paham di kalangan netizen.
Bermula dari unggahan seorang warganet yang melaporkan situasi terkini di kawasan Tugu Jogja melalui akun X @merapi_uncover, publik nyaris saja tergocek dengan kalimat yang tertera.
"Breaking News 08:14. Banyak bajingan unjuk rasa di area Tugu Jogja, mohon jangan lewat jalan tersebut apabila terburu-buru," demikian laporan dari warganet Timotius Aquino melampirkan sebuah video kepadatan jalan.
Diakui sejumlah warganet, kalimat tersebut nyaris saja memancing emosi. Namun jika diteliti lebih seksama, unggahan itu bukan sebuah umpatan, melainkan murni laporan dalam literasi sebenarnya.
Baca Juga: Beda Modal Pendemo dan Polisi di Aksi Tolak PPN 12 Persen: Light Stick K-Pop vs Laras Panjang
"Hahaha tiwas emosi disik, wong unjuk rasa dioneke bajingan, jebul bajingan tenanan, [nyaris emosi dikit, orang unjuk rasa dikatain bajingan, ternyata memang bajingan beneran]," kata warganet.
"Tak arani kenopo kok misuh-misung. Ternyata pancen Bajingan tenan! [Ku kira ada apa kok ngata-ngatain. Ternyata memang Bajingan]," timpal warganet.
"Real bajingan ini," ujar warganet.
Dalam video itu, kawasan Tugu Jogja memang dipadati kendaraan dan kereta bertenaga sapi. Sopir atau kusir kereta inilah yang disebut sebagai bajingan dalam arti sesungguhnya dalam bahasa Jawa.
Pengertian Bajingan dalam budaya Yogyakarta
Baca Juga: Massa Tolak Kenaikan PPN 12 Persen di Sebrang Istana Negara
Bajingan adalah sebutan unik untuk kusir atau pengendali kereta sapi di Yogyakarta dan sekitarnya.
Dalam budaya Jawa, istilah ini tidak memiliki makna negatif seperti dalam penggunaan sehari-hari, melainkan mengacu pada seseorang yang mengarahkan atau memimpin gerobak sapi, alat transportasi tradisional yang dulunya digunakan untuk mengangkut barang atau hasil panen.
Gerobak sapi biasanya ditarik oleh dua ekor sapi dan menjadi salah satu simbol kehidupan agraris masyarakat Jawa. Para bajingan harus memiliki keterampilan khusus dalam mengendalikan sapi, menjaga ritme perjalanan, hingga memahami sifat hewan tersebut agar perjalanan berjalan lancar.
Tradisi ini memiliki nilai budaya yang kuat dan sering ditampilkan dalam berbagai festival lokal, seperti Festival Gerobak Sapi di Yogyakarta. Dalam acara tersebut, para bajingan tidak hanya memamerkan keterampilan mereka, tetapi juga menghias gerobak dengan ornamen warna-warni yang mencerminkan keindahan seni tradisional Jawa.
Meskipun gerobak sapi tidak lagi digunakan sebagai alat transportasi utama di era modern, profesi bajingan tetap dilestarikan sebagai bagian dari upaya menjaga warisan budaya lokal.
Profesi ini juga menjadi daya tarik wisata, di mana pengunjung dapat merasakan pengalaman unik menaiki gerobak sapi sambil menikmati suasana pedesaan khas Yogyakarta.
Demo Korban Apartemen Libatkan Bajingan
Sementara itu dalam kasus ini, para Bajingan dilibatkan sebagai aksi protes menuntut kejelasan para korban Apartemen Malioboro City.
Ketua Perhimbunan Pemilik Penghuni Satuan Rumah Susun Apartemen Malioboro City, Edi Hardianto, menjelaskan bahwa Bajingan dilibatkan sebagai simbol yang menggambarkan kekuatan para korban. Seperti sapi yang berjalan pelan namun tetap konsisten, begitulah perasaan para pembeli unit apartemen tersebut menagih tuntutannya.
Para pembeli menuntut kejelasan nasib yang telah membeli unit tapi tak kunjung mendapat legalitas. Sang ketua menyebut, mereka telah mengupayakan kejelasannya selama 11 tahun.
Edi menyebut, aksi unjuk rasa dengan melibatkan Bajingan ini agar tetap menjunjung budaya sekaligus menjadi daya tarik masyarakat.