Suara.com - Belum lama ini Juru Bicara Kantor Komunikasi Kepresidenan RI, Dedek Prayudi, menuai sorotan. Banyak yang mencibir perihal public speaking Dedek, yang dinilai tidak sesuai dengan jabatan yang diemban.
Dalam video yang ramai beredar, Dedek menjawab pertanyaan wartawan perihal anggaran makan bergizi gratis.
"Jadi, yang dimaksud dengan Rp 10.000 per makanan, per hari, per anak, itu adalah anggaran rata-rata. Kenapa? Karena tentu saja misalnya kita makan di Jakarta dengan makan di Yogyakarta dengan Rp 10.000 kita bisa dapatnya lain nih," bebernya, dikutip dari video yang diunggah ulang akun X @sociotalker, Jumat (20/12).
Sayangnya penjelasan Dedek selanjutnya dianggap bertele-tele dan tidak jelas. Ia menjelaskan bahwa skema penghitungan anggaran makanan bergizi gratis itu berbeda dengan misalnya masyarakat membeli makan di warteg,
Baca Juga: Banyak Dampak Positif, Program Makan Bergizi Gratis Harus Terus Berlanjut
"Yang kawan-kawan bayarkan itu nilai konsumsi, artinya apa? Kawan-kawan sudah membayarkan untung buat si pedagang warteg," bebernya.
"Sementara yang dimaksud dengan Rp10 ribu tadi ini adalah nilai produksi, dari sini bahan bakunya langsung dipasok oleh petani, pekebun, nelayan dari wilayah setempat. Jadi berbeda ya, dan makanan di sini diolah oleh warga lokal," kata Dedek mencoba menerangkan.
Ia menambahkan juga bahwa Rp10 ribu itu tak termasuk dengan menggaji ahli gizi dan lain-lain.
Namun penjelasan Dedek perihal anggaran makan bergizi gratis itu justru membuat warganet heran, karena dirasi tidak menjelaskan langsung ke intinya.
"Sabar banget wartawan yang denger langsung..." komentar warganet.
Baca Juga: Anggaran Makan Bergizi Gratis Cuma Rp 10 Ribu per Porsi, Megawati: Hai Mas Bowo...