Melansir situs Siloam Hospitals, umumnya kehamilan ektopik terjadi di bagian saluran tuba atau tuba falopi. Namun selain itu, hasil pembuahan sel telur dan sperma juga bisa menempel di serviks atau leher rahim, serta rongga perut.
Kehamilan ektopik adalah kondisi darurat medis yang dapat memicu perdarahan dan berisiko mengancam nyawa. Karena itulah, ibu yang mengalami kehamilan ektopik perlu menggugurkan janinnya.
Terdapat beberapa kondisi penyebab kehamilan ektopik, seperti endometriosis, adanya jarngan parut karena efek samping tindakan medis pada rahim sebelum kehamilan, penyakit radang panggul, gangguan hormon, penyakit menular seksual (PMS), sampai kelainan bawaan pada tuba falopi.

Beberapa faktor lain yang juga meningkatkan risiko kehamilan ektopik adalah:
- Hamil di usia 35-44 tahun
- Riwayat operasi pada area panggul atau perut
- Kebiasaan merokok
- Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya
- Menjalani program kesuburan seperti IVF
- Kehamilan yang terjadi setelah melakukan steril atau memakai alat kontrasepsi IUD dalam rahim
Terdapat beberapa gejala yang mesti diwaspadai dari kehamilan ektopik, antara lain:
- Nyeri perut
- Perdarahan dari vagina
- Pusing
- Pingsan