Ganjar Pranowo Buka Suara Soal Kenaikan PPN 12 Persen: Bisa Picu 5 Komplikasi Ini...

Kamis, 19 Desember 2024 | 16:15 WIB
Ganjar Pranowo Buka Suara Soal Kenaikan PPN 12 Persen: Bisa Picu 5 Komplikasi Ini...
Ganjar Pranowo (YouTube)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Mantan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo ikut buka suara soal kenaikan Pajak Penambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen. Menurut Ganjar, kebijakan PPN 12 persen malah menimbulkan komplikasi parah perekonomian Tanah Air. 

Diketahui sebelumnya, pemerintah telah menetapkan rencana penerapan PPN yang akan mulai berlaku pada 1 Januari 2025. Kebijakan ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2024 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP).

"Hari ini kita berhadapan dengan kebijakan yang membuat ngilu sendi kehidupan rakyat, PPN menjadi 12 persen," ujar Ganjar Pranowo dalam video yang diunggah di kanal YouTube miliknya. 

Dengan angka 12 persen, Indonesia menurut Ganjar menjadi yang tertinggi di Asia Tenggara sama dengan Filipina. Ganjar sendiri menyebut, mungkin pemerintah memang punya niat baik dari kenaikan PPN sayangnya kebijakan tersebut diambil di waktu yang kurang tepat. 

Baca Juga: Tak Hanya Netflix, Sabun Hingga Onderdil Motor Juga Kena Dampak Pajak 12 Persen

"Di atas kertas kenaikan kebijakan ini akan meningkatkan pendapatan negara tapi di lapangan memaksa rakyat mengurangi konsumsi, mengorbankan tabungan, atau terjerat utang," kata politikus PDIP itu. 

"Apakah ini sebuah keadilan, saya menyampaikan ini karena khawatir bahwa kenaikan PPN yang dimaksukan sebagai obat justru menyebabkan sejumlah komplikasi," tambahnya. 

 Ketua DPP PDIP Bidang Pemerintahan dan Otonomi Daerah, Ganjar Pranowo. [Suarajogja.id/Hiskia Andika Weadcaksana]
Ketua DPP PDIP Bidang Pemerintahan dan Otonomi Daerah, Ganjar Pranowo. [Suarajogja.id/Hiskia Andika Weadcaksana]

5 Komplikasi Kenaikan PPN 12 Persen

Menurut Ganjar, komplikasi pertama dari kenaikan PPN adalah munculnya kerapuhan ekonomi. Hal ini tampak dalam sektor produktif yang sedang melemah belakangan ini. 

"Ketika daya beli turun, perekonomian semakin lesu dan kenaikan PPN dengan sendirinya memperburuk situasi," ungkap Ganjar. 

Baca Juga: Kenaikan PPN 12 Persen, Rafathar Ikut Terdampak?

"Untuk komplikasi kedua ada jebakan kerja informal, dan turunnya penyerapan tenaga kerja formal," imbuhnya. 

Ganjar sendiri menyebut penyerapan kerja formal menurun beberapa tahun belakangan. Hal ini yang membuat banyak masyarakat bertahan hidup di sektor informal. 

"Catatan komplikasi ketiga adalah turunnya kelas menengah, dalam lima tahun terakhir ini 9,48 juta orang terdepak dari kelas menengah (menjadi kelas miskin), ini alarm bahaya beratti ekonomi stagnan," kata dia. 

Ganjar kemudian mencatat komplikasi keempat adalah turunnya kemampuan menabung. Data dari BI menyatakan tabungan Rumah Tangga turun dari 6,3 persen menjadi 4,2 juta per rekening. Dengan begitu Ganjar melihat masyarakat sudah menguras tabungan untuk bertahan hidup. 

"Rakyat kita sudah menguras tabungan untuk bertahan hidup, nggak ada lagi ruang untuk darutat atau investasi kecil-kecilan," ungkap Ganjar Pranowo. 

"Beban PPN 12 persen semakin memperparah ketika pengeluaran harian naik tapi pendapatan tetap solusinya hanya dua mengurangi konsumsi atau mengambil utang, dua-duanya jalan buntu," tandasnya. 

Terakhir kompliksi kelima adalah dampak ekonomi makro dan PHK massal. Setidaknya menurut Ganjar inflasi akan nak 4,11 persen usai PPN naik 12 persen. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI