Suara.com - Saat ekonomi tak menentu ditambah rencana kenaikan PPN hingga 12 persen diperkirakan bakal membuat daya beli masyarakat menurun.
Kenaikan PPN juga akan sejalan dengan naiknya harga mulai dari pangan, pakaian, dan lain sebagainya. Hal ini yang kemudian memunculkan fenomana konsumsi yang sering kali disebut dengan lipstick effect.
Lalu apa itu lipstick effect?
Melansir dari Investopedia, lipstick effect terjadi saat konsumen menghabiskan uang untuk kesenangan kecil saat ekonomi sedang tak baik-baik saja.
Baca Juga: Human Initiative Dorong Tunawisma Untuk Mandiri Secara Ekonomi
Hal ini terjadi ketika para konsumen tak punya banyak uang atau miliki cukup uang untuk memberi barang mewah. Akhirnya untuk membuat kepuasan kecil, mereka memberi barang mewah kecil atau barang dengan diskonan untuk ketenangan atau kepuasan hati.
Menurut Dosen Program Studi Ilmu Ekonomi UII Dr Eko Atmaji, tren lipstick effect sendiri mulanya terjadi pada 2008 lalu. Kala itu, istilah lipstick effect memang berasal dari tren penjualan lipstick yang naik saat ekonomi menurun.
"Tercatat tahun 2008 di New York Times seorang ekesekutif dari Estee Louder memberikan kesaksian yang cukup aneh, itu setelah peristiwa 9/11 2001 itu pesanan untuk lipstik pesat sekali samapi 2 kali lipat," kata Eko Atmaji dikutip dari kanal YouTube Universitas Islam Indonesia.
Rupanya saat ditelusuri memang ada hubungan antara pembelian lipstik dan ekonomi yang anjlok kala itu.
"Oleh beberpa pakar sosiologi dikembagkan dengan bukan hanya lipstik saja tapi suatu hal yang menajdi sebuah diskusi menarik di kalangan akademisi dan slebirti juga sehingga lipstik efek makin lama makin viral," ujar Eko.
Baca Juga: Mandiri Sahabatku: Bekal PMI Berwirausaha dari Hong Kong hingga Indonesia
"Ya terjadi misal seperti Labubu itu ya. Kenapa demikian? Kenapa ekonomi lesu kok ada fenomena sepeti itu? Bukan hanya Labubu tapi konser musik juga ya, ya itu ada suatu fenomena yang kita sebut psychology shock, di mana ketika penurunan ekonomi melanda hampir semua orang pekerjaan berkurang pendapatan berkurang tapi style konsumsi mereka nggak mau berubah," tandasnya.
Lebih lanjut Eko Atmaji menyatakan lipstick effect bisa mengerikan jika terjadi terus menerus.
"Kalau kebablasan mengerikan, nggak mau turun-turun konsumsinya tetap mau gaya-gayaan ya exit strateginya ke pinjol atau malah judi online, ini membahayakan sekali," paparnya.