Suara.com - Melihat ajang fashion show yang menampilkan para model dengan body goals mungkin sudah biasa. Tapi apa jadinya jika anak disabilitas lakukan fashion show, seberapa unik ya?
Fashion show disabilitas pertama di Indonesia sukses digelar oleh Layak School pada 14 Desember 2024 lalu. Sebanyak 34 model disabilitas dilibatkan dalam ajang runway bertajuk Harmoni Inklusif. Para model disabilitas ini meliputi down syndrome, autisme, teman tuli, dan daksa yang sudah lulus kelas modeling. Ajang fashion show digelar untuk mempublikasi bakat dan kemampuan teman disabilitas di bidang modeling.
Menariknya dalam acara tersebut, alih-alih penonton dibuat salah fokus dengan baju atau rancangan desainer yang ditampilkan, para tamu malah dibuat gemas dan haru dengan tingkah para model disabilitas. Ini karena teman disabilitas yang terlibat terdiri dari berbagai usia anak balita, remaja hingga dewasa.
Sehingga saat mereka melakukan aksi fashion show terlihat sangat menggemaskan, dan sangat unik karena wajah setiap model disabilitas memancarkan karakteristik tersendiri. Apalagi ada beberapa anak dengan disabilitas yang pemalu, namun setelah percaya diri muncul mereka mampu berekspresi lebih baik.
Baca Juga: Ciptakan Motif Unik, Anak Down Syndrome Berkreasi dengan Batik Shibori
CEO Founder Layak School sekaligus President of Harmoni Inklusif, Karina Aprilla sebagai orang yang kerap berhubungan langsung dengan teman disabilitas menyoroti masih sangat sedikit pekerja disabilitas yang diberdayakan. Padahal cukup banyak teman disabilitas punya banyak bakat yang bisa dieksplorasi, termasuk dalam bidang modeling.
"Oleh karena itulah Layak school hadir untuk menggali bakat-bakat terpendam yang mereka miliki dari semua kategori disabilitas. Kami sangat terinspirasi untuk Indonesia bisa seperti brand-brand di luar negeri yang sudah inklusif dengan menggunakan model-model disabilitas di beberapa kesempatan. Kami juga melihat langsung potensi bakat modeling yang dimiliki teman-teman disabilitas saat kami bertemu langsung. Hingga tercetuslah sekolah modeling khusus disabilitas pertama di Indonesia,” ujar Karina kepada awak media.
Tidak hanya ekspresi para model disabilitas yang unik, rancangan busana yang dikenakan juga melibatkan para desainer Tanah Air yang terkenal dengan keistimewaan seperti Wilsen Willim, Yosafat Dwi Kurniawan dan Sahadya.
Wilsen Willim bercerita, meski tidak membuat satu koleksi khusus untuk pagelaran busana dengan model disabilitas ini, ia cukup tertantang mengubah pakaian yang dimilikinya agar bisa digunakan teman disabilitas dengan bentuk beragam, sehingga tidak melulu untuk para model profesional dengan body goals.
"Aku sudah 9 tahun berkarya di industri fashion, dan mengalami banyak perubahan. Saat ini fashion semakin spesifik, dan mulai inklusif sehingga bisa digunakan untuk setiap tubuh. Apalagi aku tumbuh di era yang nggak kayak sekarang, pernah dibully dan takut. Jadi aku terlibat dalam acara ini pengalaman yang menarik banget buat secara pribadi aku," cerita Wilsen yang sempat menitikan air mata karena rasa haru.
Baca Juga: Intip Cara Berkomunikasi dengan Anak Down Syndrome Bersama POTADS DIY
Desain busana karya Wilsen memiliki garis besar warna monokrom alias hitam putih, yang menurutnya bisa digunakan para teman disabilitas untuk berbagai kegiatan alias occation bertema kasual maupun semi formal.
Adapun masing-masing desainer menampilkan 9 look dengan tema dan warna berbeda. Namun peragaan busana ini diwarnai haru dan canda tawa melihat berbagai ekspresi model disabilitas yang tampil tanpa beban. Apalagi acara yang didukung Pertamina sebagai program Corporate Social Responsibility (CSR) ini, juga turut dihadiri para orangtua yang tidak menyangka buah hatinya mampu tampil percaya diri sebagai model di pagelaran fashion show disabilitas pertama di Indonesia.
"Harapannya kedepannya brand setelah ini yang memberdayakan teman-teman disabilitas, di Layak School talent - talent kami sudah kami latih hingga bisa ke tahap dunia profesional model, hanya tinggal diberikan kesempatan yang sama untuk para talents kami berkarya dan menyalurkan mimpinya untuk bisa menjadi model professional,” pungkas Karina.