Profil 3 Pencemarah Kondang yang Diduga Pernah Diejek Gus Miftah, Ucapannya Pedih Semua!

Riki Chandra Suara.Com
Selasa, 17 Desember 2024 | 21:43 WIB
Profil 3 Pencemarah Kondang yang Diduga Pernah Diejek Gus Miftah,  Ucapannya Pedih Semua!
Kolase Ustaz Khalid Basalamah, Cak Nun dan Ustaz Maulana. [Dok.Istimewa]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pasca viralnya kasus penghinaan terhadap penjual es teh, jejak digital Gus Miftah terus dikuliti publik. Tak hanya soal ejekkannya kepada publik figur, dugaan ledekan Gus Miftah terhadap penceramah kondang pun ramai di media sosial.

Lantas, siapa saja penceramah yang diduga pernah diejek Gus Miftah? Berikut daftar dan profilnya.

1. Ustaz Maulana

Gus Miftah pernah menyinggung gaya dakwah Ustaz Maulana dalam sebuah kajian. Menurutnya, pendakwah berlatar belakang Nahdlatul Ulama (NU) jarang muncul di televisi karena tidak ingin tampil "pecicilan" seperti yang dilakukan Ustaz Maulana di televisi.

Gus Miftah menyinggung gaya ceramah Ustaz Maulana yang dinilainya kurang sesuai dengan karakter kiai NU.

"Pagi-pagi setengah enam nyalain televisi, yang ditonton apa? 'Jamaah oh jamaah'. Menurutmu kiai NU pecicilan begitu pantas? Gak pantas," ucap Gus Miftah.

Menurutnya, cara Ustaz Maulana lebih mengikuti aturan televisi ketimbang menjaga idealisme dakwah. Dia juga menyebut kiai seharusnya tidak tunduk pada aturan televisi.

"Makanya jangan kaget kalau kiai-kiai NU jarang yang muncul dan keluar di TV. Kenapa? Malu, orang ngaji kok diatur-atur," katanya.

Profil Ustaz Maulana

Ustaz Maulana memiliki nama asli Muhammad Nur Maulana. Dia dikenal sebagai dai dengan pendekatan dakwah yang humoris dan penuh kehangatan.

Gaya khasnya dalam menyampaikan pesan agama membuatnya diterima oleh berbagai kalangan masyarakat, baik muda maupun tua.

Lahir di Makassar pada 20 September 1974, Ustaz Maulana menempuh pendidikan agama di Pondok Pesantren An-Nahdlah, Ujung Pandang, dan lulus pada 1994.

Sebelum menjadi pendakwah terkenal, ia pernah mengabdikan diri sebagai Guru Agama Islam di SD Islam Athirah dan Pesantren An-Nahdlah. Pengalaman tersebut menjadi bekal bagi Maulana dalam mengasah gaya dakwahnya yang edukatif dan menarik.

Nama Ustaz Maulana mulai dikenal luas setelah menjadi pengisi acara "Islam Itu Indah" di Trans TV sejak 2009. Dalam acara tersebut, ia memperkenalkan gaya ceramah yang khas dengan sapaan uniknya, "Jamaah, oh Jamaah! Alhamdulillah!", yang langsung melekat di hati pemirsa.

Selain itu, ia juga pernah membawakan acara seperti "Sahur Itu Indah" pada 2015 dan 2020, serta tampil di "Happy Show" pada 2015-2016.

Tidak hanya di dunia dakwah, Ustaz Maulana juga menjajal seni peran. Pada 2020, ia bermain dalam film "Akhir Cinta Si Doel," yang menunjukkan bakatnya dalam menginspirasi melalui berbagai platform.

Dalam kehidupan pribadi, Maulana menikah dengan Nur Aliah pada 2008. Pasangan ini dikaruniai empat anak: Naura, Aira, Anwar, dan Mashita.

Namun, pada 2019, sang istri meninggal dunia setelah berjuang melawan kanker usus. Selama masa sulit tersebut, Ustaz Maulana setia mendampingi istrinya, menunjukkan keteladanan sebagai seorang suami yang penuh kasih sayang.

2. Ustaz Khalid Basalamah

Nama Ustaz Khalid Basalamah juga sempat terseret dalam kontroversi pementasan wayang di Pondok Pesantren Ora Aji pada 2022.

Dalam pertunjukan bertajuk "Begawan Lomana Mertobat", salah satu tokoh yang mirip dengan Ustaz Khalid Basalamah terlihat dipukuli oleh karakter Baladewa hingga dibanting sambil melontarkan kata-kata kasar.

Menanggapi hal itu, Gus Miftah mengklarifikasi bahwa dirinya tidak terlibat dalam proses kreatif pementasan tersebut.

"Soal konten atau lakon di dalam pertunjukan wayang, itu merupakan domain dan wilayahnya dalang itu sendiri. Saya tidak bisa intervensi itu," jelasnya.

Profil Ustaz Khalid Basalamah

Ustaz Khalid Basalamah dikenal sebagai salah satu tokoh agama yang berpengaruh di Indonesia. Sosoknya populer di kalangan umat Islam berkat ceramah-ceramah yang disampaikan dengan gaya yang sederhana namun penuh makna.

Artikel ini akan membahas profil Ustaz Khalid Basalamah, perjalanan pendidikannya, kontribusi dalam dakwah, serta perannya dalam memanfaatkan media sosial sebagai sarana menyampaikan syiar Islam.

Ustaz Khalid Basalamah lahir di Makassar, 1 Mei 1975, dengan nama lengkap Khalid Zeed Abdullah Basalamah. Ia menempuh pendidikan dasar di Makassar sebelum melanjutkan pendidikan agama di Madinah, Arab Saudi.

Di Madinah, ia menyelesaikan studi di tingkat SMA sekaligus memperdalam ilmu agama di Universitas Islam Madinah. Selama belajar di kota suci tersebut, Ustaz Khalid Basalamah aktif mempelajari Al-Qur'an dan hadis serta terlibat dalam komunitas Muslim Indonesia di sana.

Setelah meraih gelar sarjana, ia kembali ke tanah air untuk mengaplikasikan ilmu yang didapatkan. Dengan pemahaman agama yang mendalam, ia mulai aktif berdakwah di berbagai wilayah Indonesia.

Sebagai pendakwah, Ustaz Khalid Basalamah dikenal dengan gaya ceramahnya yang sederhana namun mampu menyentuh hati jamaah dari berbagai kalangan. Ia kerap menekankan pentingnya memahami agama Islam dari sumber utamanya, yakni Al-Qur'an dan hadis.

Dalam kajiannya, ia juga mengacu pada pandangan ulama terdahulu, sehingga pesan yang disampaikan selalu berdasarkan pemahaman yang kuat.

Ustaz Khalid sering mengisi kajian di masjid-masjid besar dan mengupas tema-tema seperti akhlak, fiqih, dan penguatan iman. Komitmennya untuk menyebarkan syiar Islam membuatnya menjadi sosok yang dihormati di komunitas Muslim.

Memahami perkembangan zaman, Ustaz Khalid Basalamah memanfaatkan media sosial untuk menyampaikan dakwah kepada audiens yang lebih luas. Melalui platform seperti YouTube dan Instagram, ia mengunggah video ceramah yang kini telah ditonton jutaan kali.

Keberadaan kontennya di media digital tidak hanya membantu umat memperdalam ilmu agama tetapi juga menjangkau mereka yang tidak bisa hadir langsung di kajian.

Di balik perannya sebagai pendakwah, Ustaz Khalid Basalamah juga menjalani kehidupan keluarga yang harmonis. Ia menikah dengan seorang wanita yang memutuskan menjadi mualaf, dan dari pernikahan tersebut, ia dikaruniai empat anak.

3. Cak Nun

Awal 2023, kritik Cak Nun terhadap Presiden Jokowi sempat menjadi viral. Sindirian Cak Nun mengibaratkan Jokowi seperti Fira'un.

Beberapa pihak menduga bahwa Gus Miftah memberikan tanggapan frontal terkait pernyataan tersebut.

"Akan datang satu saat di mana pantat lebih terhormat dibandingkan otak," ujar Gus Miftah yang diduga menyindir Cak Nun.

Namun, hingga kini, Gus Miftah belum memberikan penjelasan resmi terkait dugaan tanggapannya terhadap tokoh yang juga dikenal sebagai budayawan tersebut.

Profil Cak Nun

Cak Nun atau yang memiliki nama lengkap Muhammad Ainun Nadjib, merupakan seorang tokoh keagamaan, penyair, dan budayawan asal Indonesia yang sangat dikenal.

Lahir di Menturo, Sumobito, Jombang, Jawa Timur pada 27 Mei 1953, Cak Nun dikenal dengan pemikiran dan karya-karya yang melintasi berbagai dimensi, baik dalam bidang agama, seni, sastra, maupun musik.

Dalam artikel ini, kita akan mengulas lebih dalam profil Cak Nun, perjalanan hidupnya, dan kiprah luar biasa yang membuatnya menjadi sosok yang dihormati hingga kini.

Cak Nun menikah pertama kali pada 1979 dengan Neneng Suryaningsih dan dikaruniai seorang anak, Sabrang Mowo Damar Panuluh (Neo), yang kelak dikenal sebagai vokalis band Letto.

Namun, pernikahan ini tidak bertahan lama dan keduanya memilih untuk bercerai. Pada 1997, Cak Nun kembali menikah dengan artis sinetron dan penyanyi Novia Kolopaking, dan dikaruniai empat anak. Salah satunya, Ainayya Al-Fatihah, meninggal di dalam kandungan.

Kehidupan pribadi Cak Nun selalu menjadi sorotan, tetapi ia tetap fokus pada dakwah Islam dan kontribusinya dalam budaya Indonesia.

Cak Nun mengawali pendidikan formalnya di sekolah dasar di desanya, namun ia tidak menyelesaikannya karena keluar dari sekolah tersebut. Ayahnya kemudian mengirim Cak Nun ke Pondok Modern Darussalam Gontor.

Meski hanya belajar di sana selama 2,5 tahun, ia banyak dipengaruhi oleh budaya pesantren yang mengajarkan disiplin tinggi. Dari Gontor, Cak Nun melanjutkan pendidikan ke Yogyakarta, di mana ia menyelesaikan SMP Muhammadiyah 4 dan SMA Muhammadiyah 1.

Setelah lulus SMA, ia diterima di Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM), namun hanya bertahan satu semester. Keputusan untuk meninggalkan kampus biru itu menjadi titik balik dalam perjalanan hidup Cak Nun.

Cak Nun dikenal sebagai seorang penyair, budayawan, dan pengasuh Majelis Maiyah, sebuah komunitas yang menggabungkan pengajian dengan seni. Kariernya di dunia sastra dimulai pada 1970 saat ia menjadi pengasuh Ruang Sastra di harian Masa Kini, Yogyakarta.

Kariernya berkembang pesat dengan menjadi wartawan dan redaktur di harian yang sama pada 1973-1976. Selain itu, ia juga memimpin Teater Dinasti dan menjadi pengelola Grup Musik Kyai Kanjeng, yang dikenal sebagai kelompok musik dengan perpaduan tradisional dan modern yang khas.

Cak Nun juga menjadi penulis puisi dan kolumnis di beberapa media, memberikan kontribusi besar terhadap dunia sastra Indonesia.

Cak Nun tidak hanya dikenal karena karya-karyanya dalam sastra dan musik, tetapi juga karena pengaruhnya dalam dakwah Islam. Melalui Majelis Maiyah, Cak Nun mengajak umat untuk mendalami ajaran Islam dengan cara yang lebih santai namun tetap mendalam.

Ia juga dikenal dengan pengajiannya yang memadukan antara seni dan agama, menciptakan sebuah ruang bagi umat untuk lebih memahami spiritualitas dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai seorang tokoh keagamaan yang memadukan ilmu agama dan seni, Cak Nun sering mendapat julukan manusia multidimensi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI