Suara.com - Produk kecantikan DNA Salmon milik Dokter Richard Lee belakangan menjadi sorotan. Pasalnya, pria kelahiran Medan itu mengaku jika produk yang dijualnya merupakan re-package dari merek lain.
Hal itu diakui Dokter Richard Lee usai Denny Sumargo mempertanyakan keaslian skincare tersebut di podcast miliknya. Densu, sapaannya memperlihatkan produk DNA Salmon yang dibeli karyawannya.
"Ini punya karyawan saya, ini dibeli Rp 1,5 juta sekian diskon jadi Rp 700 ribu, saya cek ada di e-commerce harganya cuma Rp 500-an, mereknya sama seperti ini. Saya kopek (lepas sticker) buat anda. Nah ini dia, super pitchia, jadi ini sebenarnya produk siapa?" tanya Denny Sumargo sambil memegang produk berwarna merah muda itu, dikutip dari TikTok @rf0919, Selasa (17/12/2024).
Tak bisa mengelak, Dokter Richard Lee langsung meminta maaf. Ia mengaku khilaf telah mengklaim produk DNA Salmon yang dijual tersebut sebagai miliknya.
"Saya akan jawab, pertama saya minta maaf dengan masyarakat. Ada satu videoku bahwa itu produk buatanku, itu kekhilafanku, aku minta maaf pada kalian semua, minta maaf kekhilafanku dalam marketing," kata dia.
Kendati demikian, Dokter Richard Lee mengaku sudah mengoreksi pemasarannya dengan menyebut DNA Salmonnya produk dari Korea. Diakui, produk DNA Salmon yang selama ini dijual Richard Lee adalah merek Ribeskin yang ditutupi stikernya.
Dalam kesempatan tersebut, Dokter Richard Lee juga sempat diskakmat oleh Syafiq Kamri, seorang dosen yang lebih dikenal dengan sebutan dosen skincare. Ia pun menyebut, produk DNA Salmon yang ia pasarkan berpotensi membahayakan.
Lantaran kata dia, pengguna di Indonesia mungkin tak benar-benar tahu dosis atau takaran yang tepat dari penggunaan DNA salmon. Pasalnya, produk tersebut memang harus diinjeksikan ke wajah.
"Berbahaya itu ada tingkatannya. Makanya di Indonesia itu nggak diperbolehkan oleh BPOM. Alasannya ya mungkin karena bisa berpotensi berbahaya," jelasnya.
Baca Juga: Richard Lee PhD di Mana? Muncul Isu Dapat Gelar S3 Abal-Abal dari Kampus Kontroversial
Kemudian Dokter Richard Lee menegaskan bahwa dirinya telah mengikuti regulasi dari BPOM. Namun ia mengaku sudah tidak menjual produk tersebut.
Apa itu DNA Salmon?
Belakangan, teknologi DNA salmon memang banyak dikerjakan di klinik kecantikan di Indonesia. Perawatan yang dipopulerkan oleh dunia kecantikan Korea ini dilakukan dengan menyuntikkan langsung DNA salmon ke kulit wajah.
Menurut dr. Susie Rendra, Sp.KK, FINSDV yang berpraktik di Skin Aesthetic Clinic RS Pondok Indah di Puri Indah yang melayani perawatan DNA salmon, kehadiran teknologi DNA salmon ini ada karena banyak orang sadar perawatan krim saja tidak cukup agar mendapatkan hasil maksimal.
"Pemilihan dan penggunaan produk perawatan kulit yang tepat dan sesuai juga akan sangat membantu memperlambat proses penuaan kulit Anda. Seringkali untuk hasil maksimal, krim saja tidak cukup, diperlukan juga dukungan teknologi medis terdepan sebagai alternatif solusi peremajaan kulit”, ungkap dr. Susie berdasarkan keterangan tertulisnya kepada Suara.com.
Perawatan itu disebut dapat membantu meremajakan kulit sehingga kulit tampak glowing dan awet muda. Selain itu, DNA Salmon juga memiliki manfaat lainnya. Di antaranya:
1. Memulihkan struktur jaringan kulit
DNA salmon meningkatkan reproduksi sel, perbaikan struktur sel, dan pemulihan pembuluh darah, sehingga efektif untuk mengembalikan struktur jaringan kulit seperti kerutan dan garis halus.
2. Mencerahkan kulit
Kandungan peptide yang ada pada formula membantu kulit memproduksi kolagen yang memberikan efek mencerahkan pada kulit Anda. Peptide adalah sejenis asam amino yang bekerja menghasilkan protein.
3. Melembapkan kulit
Hyaluronic acid (sejenis pelembap) dan ascorbic acid (vitamin C) yang terkandung dalam formulasi ini juga membantu menjaga kelembapan kulit Anda.
Meski begitu, jika sediaan DNA Salmon seperti yang dikeluarkan Dokter Richard Lee pengerjaannya tak bisa sembarangan. Sebab, dalam produk tersebut tersedia aplikator berupa jarum-jarum kecil yang harus diinjeksikan ke wajah.
Hal ini disampaikan oleh Dermatologist sekaligus Founder Aestique Clinic, dr. Marintan Sereyosepehine, M Biomed (AAM).
"Kalo sifatnya dia treatment di klinik, injecteble atau suntikan, ya mau nggak mau harus dikerjakan oleh dokter karena ya nyuntik kan nggak sembarang suntik aja. Jadi harus tahu titik-titiknya di suntikinnya di mana, apa yang mesti dihindarin, apa efek yang terjadi. Jadi pasien juga merasa safety," pungkasnya.
Untuk itu, Dokter Richard Lee mengakui produk tersebut kini sudah ditarik peredarannya oleh BPOM.
"Ada perbedaan pendapat antara BPOM dan aku. BPOM mengira ini cuma boleh dioles, nggak boleh pakai jarum kecil-kecil atau aplikator. Ini izinnya kosmetik cuma boleh dioles, gak boleh pakai aplikator," pungkasnya.