Suara.com - Dikenal sebagai konten kreator sukses, Bayu Skak tengah menjadi sorotan di media sosial. Kali ini, bukan karena karyanya yang mengocok perut, tetapi karena kontroversi terkait dugaan penggunaan AI dalam salah satu poster proyek filmnya.
Seorang netizen mengungkapkan kekecewaannya terhadap elemen visual dalam poster tersebut, yang diduga kuat menggunakan teknologi AI tanpa sentuhan kreatif manusia. SImak yuk perjalanan karier Bayu Skak yang menginspirasi sebelum terseret kontroversi AI.
Bayu Skak sendiri memulai kariernya di YouTube, mencuri perhatian dengan konten berbahasa Jawa yang kental dan penuh humor khas. Popularitasnya yang melesat kemudian membawanya ke platform media sosial lainnya, hingga mendapat banyak apresiasi dari penggemarnya. Namun, di tengah kesuksesannya, isu penggunaan AI ini memancing diskusi lebih lanjut tentang batasan etika dan seni dalam dunia kreatif modern.
Profil Bayu Skak
Baca Juga: Bayu Skak Diserang Netizen soal Penggunaan AI pada Poster Film Baru, Begini Pembelaannya
Lahir pada 13 November 1993 lalu, dirinya menekuni beberapa profesi saat ini. Selain menjadi seorang YouTuber, ia juga dikenal sebagai aktor, penulis naskah, sutradara, bahkan penulis lagu. Nama lengkapnya sendiri adalah Bayu Eko Moektito.
Nama ‘Skak’ kemudian adalah singkatan dari ‘sekumpulan arek kesel’ yang merupakan grup lawak bentukannya bersama teman-teman ketika di bangku SMK.
Karier Bayu Skak
Pada salah satu podcast yang dijalaninya, Bayu mengaku kariernya di dunia hiburan berawal dari saat ia masih berada di bangku SMK. Saat itu, ia mengambil jurusan animasi, dan berkesempatan memperoleh banyak ilmu mengenai perfilman.
Ia kemudian mendalami bidang ini dengan melanjutkan pendidikan di Universitas Negeri Malang dengan program studi D3 Game Animasi.
Baca Juga: Gemini 2.0 Flash: Google Bard Berbahasa Indonesia Resmi Hadir!
Di tahun 2009 ia mulai merintis kanal YouTube-nya dengan berbagai video lucu dan menggelikan. Bersama dengan teman-temannya, ia membuat berbagai jenis video yang cukup menghibur dan mendapatkan respon baik dari netizen.
Aktivitasnya di YouTube sempat vakum karena ia lulus dari pendidikan SMK dan tidak lagi bersama dengan teman-temannya. Kemudian di tahun 2012 ia kembali aktif dengan konten komedi berbahasa Jawa, dan berbagai video parodi.
Dalam waktu singkat ia meraih kesuksesan, dan memutuskan untuk mencoba dunia perfilman dengan bermain di beberapa film. Jika dicermati, ia pertama kali muncul di film Marmut Merah Jambu di tahun 2014, dan kembali mendapatkan peran besar di film Sekawan Limo tahun 2024 yang masih ada di bioskop saat artikel ini ditulis.
Ia juga banyak memiliki web series, seperti misalnya The Viral Project, Yowis Ben the Series, Heri the Hero, dan Rujak Cingur Lek Her.
Prestasi Bayu Skak
Beberapa prestasi yang telah diraihnya sejak masa menjadi YouTuber antara lain:
- Silver Play Button dan Gold Play Button
- Best Vlog Male
- Film Festival Bandung
- Indonesian Choice Award
- Indonesian Movie Actors Award
- Piala Maya
Pembelaan Bayu Skak soal AI
Kritik netizen pada penggunaan AI yang dinilai kontradiktif dengan semangat Bayu Skak dalam mengangkat budaya dan bahasa daerah, khususnya bahasa Madura, dalam karya-karyanya. Menanggapi kontroversi ini, Bayu Skak memberikan klarifikasi dengan mengutip cuitan netizen tersebut melalui akun X miliknya, @Moektito.
"Begini ya, kenapa kamu langsung marah-marah? Sabar dulu. Ini aku copy paste dari penjelasanku ke orang lain, tapi coba kamu tonton videonya sampai habis dulu sebelum ngomong kasar gitu," tulisnya seperti dikutip pada Jumat (13/12/2024).
Bayu lantas menjelaskan bahwa gambar yang digunakan bukanlah poster resmi, melainkan visual sementara yang dibuat mendadak karena ide peluncuran muncul spontan beberapa jam sebelum acara Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF).
"Ini bukan poster. Poster itu dirilis setelah ada photoshoot dan sudah menyewa orang untuk bikin poster," jelasnya.
"Ini saja pemainnya belum ada yang sepakat, bahkan belum kepikiran siapa pemainnya. Apapun belum ada yang sepakat. Kru belum ada yang sepakat, cuma judul proyek yang sepakat," ujarnya lebih lanjut.
Komedian asal Malang, Jawa Timur itu menambahkan bahwa peluncuran di JAFF bertujuan untuk mengamankan judul dan konsep film sebelum didahului oleh pihak lain. Kesempatan untuk memproduksi film berbahasa Madura dinilainya langka dan harus segera direalisasikan.
"Aku harus berpikir cepat, mumpung ada yang mau sepakat untuk bikin film sepenuhnya pakai bahasa Madura. Produser mana coba yang mau sepakat dengan ide seperti ini?" ungkapnya.
"Ini ada yang mau, jadi langsung harus diamankan kesepakatannya, sepakat soal judulnya dulu, biar proyeknya jalan dulu," sambung Bayu dalam pembelaannya.
Kontributor : I Made Rendika Ardian