Suara.com - Program Makan Bergizi gratis dengan anggaran Rp10.000 per orang dilakukan Yayasan Pendidikan di Papua, yang bernama Kitong Bisa Foundation (KBF) Indonesia. Program dengan komposisi yang diharapkan dalam rentang biaya Rp10.000 - Rp14.000 per anak ini ditujukan untuk kurang lebih 80 anak, di setiap pertemuan di Merauke, Provinsi Papua Selatan.
Program uji coba makan bergizi gratis ini telah dilakukan selama 6 bulan, sejak Juli 2024, dengan kemitraan antara KBF Indonesia, bersama Indonesia Food Security Review (IFSR), sebuah lembaga yang selama ini menjadi mitra pemerintah untuk melakukan studi terkait pelaksanaan Makan bergizi gratis, sebelum Badan Gizi Nasional secara resmi mulai menjalankan program nasional ini. Program ini menyasar pada anak-anak kurang mampu yang aktif belajar literasi di pusat belajar, yang didirikan sejak 2018 di Provinsi Papua Selatan ini.
“Menu yang kami sediakan mengikuti arahan standar yang telah ditetapkan oleh IFSR, berdasarkan kerangka Kerjasama kami seperti nasi, telur, ikan lele, sayur kacang, kangkung sebagai makanan minimum. Beberapa kali kami juga memberikan susu dan buah sebagai pendamping dari makanan yang kami berikan," ujar Risa Maulegi, Manajer Program Uji Coba makan Bergizi Gratis di Papua.
Strategi yang dilakukan oleh KBF Indonesia di Merauke adalah memberdayakan ibu dan orang tua dari siswa yang belajar di pusat belajar tersebut dengan memberikan anggaran yang di monitor pencairannya secara bertahap. Terkait dengan menu makanan, KBF Indonesia memberikan tuntunan menu dan standar penyediaan yang diterima arahannya dari IFSR. Sumber pangan seperti sayur mayur dan lauk pauk, berasal dari hasil produksi warga masyarakat, yang bekerja sebagai petani dan nelayan.
Baca Juga: Warga Kupang Harap Makan Bergizi Gratis Prabowo Segera Terlaksana, Biar Bisa Atasi Stunting di NTT
Adapun bersamaan dengan program makan begizi gratis tersebut, KBF Indonesia juga melakukan program intervensi untuk peningkatan motivasi belajar, yang diukur dari peningkatan angka literasi dari anak-anak didiknya. Rendahnya angka Literasi di Tanah Papua, khususnya di Provinsi Papua Selatan, menjadikan masalah ini menjadi masalah kritis di tanah paling timur di Indonesia ini. Bekerja Bersama dengan Badan Penjamin Mutu Pendidikan (BPMP) Provinsi Papua, KBF Indonesia mengadakan program belajar baca tulis untuk mengurangi angka buta huruf di wilayah tersebut.
“Dengan makan bergizi gratis, siswa-siswi kami jadi rajin mengikuti sesi-sesi kelas kami, dan belajar baca tulis dengan lebih termotivasi. Dalam waktu 3 bulan, terjadi peningkatan angka literasi hingga 33% yang kami ukur dan audit bersama dengan pemerintah daerah," tambah Risa.